Pedalku.com –  Sudah lama jalur Jakarta – Bogor jadi ajang latihan para pembalap road bike. Bahkan bila mendengar cerita para pembalap senior, dulu para pembalap sepeda road menjadikan jalur Jakarta – Bogor PP ini tempat latihan wajib.

KIni jalur ini tetap jadi favorit para pehobi sepeda balap dan kerap jadi latihan akhir pekan. Salah satunya adalah Komunitas Bremer Cycling Club (BCC) yang bermarkas di Kemang, Jakarta Selatan ini.

Sekitar 10 Pedalis BCC, Minggu (6/8) lalu gowes Jakarta – Bogor. Mereka melakukan start dari lobi depan Citos setelah didahului dengan do’a.

Lantaran “Tour de Bogor” ini hanya untuk pelemasan setelah mereka akhir bulan lalu mengikuti Tour De Ambarukmo 2017, maka  beberapa anggota mengingatkan agar sang Road Captain, Om Roi Hutagalung,  mematok speed di kecepatan 25 KPJ.

Gowes senang-senang ini sekaligus juga sebagai persiapan para anggora BCC yang akan mengikuti gowes Gran Fondo Suramadu 2017 yang akan digelar pertengahan Oktober mendatang.

Nyatanya,  setelah lepas kilometer ke-3, odometer terus bergerak dari angka 25 kpj. Bahkan beberapa kali masuk kepala 3.  Ditambah lalu lintas yang lumayan padat di pagi itu, membuat peleton BCC Tour de Bogor ini terpecah. Sang RC pun ngacir sendirian di depan.

Terpaksa di km 15, tepatnya di sebuah parkir minimarket Tanjung Barat dilakukan regrouping. “Om Roi spionnya rusak, gak bisa liat ke belakang,” canda seorang peserta sambil mengisi ulang bidon.

Setelah pitstop pertama, peleton BCC lebih solid. Kalau toh ada yang tercecer penyebabnya bukan karena tak bisa mengimbangi kecepatan, tetapi karena “terganjal” lampu merah. Kekompakan itu terus dipertahankan hingga rombongan BCC ini masuk area Kebun Raya Bogor.

Ya, salah satu yang menarik dari BCC Tour de Bogor ini adalah singgah di Kebun Raya Bogor dan nongkrong sejenak di Grand Garden Cafe yang kembali ngehits setelah Obama dan Jokowi mampir di kafe tersebut. Di tempat ini, team BCC ngopi dan menikmati camilan pisang goreng dan colenak.

Soto Kuning M Yusuf yang cukup terkenal di Jl Surya Kencana Bogor. Saat team BCC datang, tempat ini lumayan penuh hingga terpaksa rombongan terbagi dalam dua meja. Soto Kuning M Yusuf ini punya ciri khas. Selain dagingnya yang empuk, aroma kuah pun terasa kaldu dagingnya.

Perut kenyang. Tantangan berikutnya bukan hanya badan malas diajak gowes, tetapi juga lalu-lintas Bogor yang makin padat. Belum ditambah terik yang menyengat siang itu.

Ya.. Rute pulang, Surya Kencana hingga Atang Sanjaya jadi rute yang menguji kesabaran. Tanjakan dan padatnya kendaraan memaksa para Pedalis BCC ini meliuk-liuk mencari celah. Dan sesekali terpaksa harus stop and go. Cukup merepotkan dan menguji kesabaran.

Seperti pepatah, kuda lepas dari pingitan, ketika menemukan jalur lebar dan lebih lengang di Jl Raya Parung menuju Jakarta, team BCC pun seperti lepas kendali dan menggowes kencang penuh suka cita. Kontur rute Parung – Jakarta yang cenderung menurun membuat kecepatan makin naik.

Beruntung aksi tarik-tarikan tersebut tak berlangsung lama karena pitstop berikutnya di warung kelapa muda yang cukup rindang, sebelum perumahan Telaga Kahuripan, memaksa semua peserta berhenti.

Ya… sambil menikmati kesegaran kelapa muda, mereka banyak cerita. Salah satunya saran dari Om Roi bila BCC mengulang lagi Tour de Bogor. Agar tak terjebak kemacetan saat akhir pekan, Bogor hanya dijadikan tempat putar balik saja. Istirahat dan makannya di luar Bogor. Jadi di Bogor pagi saja, tidak menunggu sampai siang.

Nah, apakah saran Om Roi benar atau tidak, sepertinya Tour de Bogor ini harus diulang……

Foto: Dok. WAG Bremer Cycling Club

Cak Kris

Ketika masih jadi buruh di media, menulis sepeda dan lari hanya jadi penyeimbang kehidupannya. Kini keduanya jadi menu utama kegiatan menulis selepas subuhan.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments