Hening…. sepi…. tak ada raungan kendaraan bermotor apalagi sumpah serapah makhluk tak sabaran. Kedamaian merasuk sukma kala tiba di kampung Cisadon di ketinggian 1189 mdpl. Kedamaian yang tak ku dapat di tengah kota.

Kampung Cisadon yang terpencil itu menyiratkan kesederhanaan kehidupan manusia. Punggungan bukit-bukit di sekeliling, membentuk benteng yang menjaga ketulusan Cisadon. Menjaga keutuhan tak lebih dari 25 kepala keluarga dengan tempat tinggal yang saling berjauhan. Walau terpencil, keadaan itu tak pernah menghilangkan keceriaan anak-anak Cisadon. Permainan sederhana cukup membuat mereka tertawa gembira.

Penduduk Cisadon menggantungkan hidupnya dari berkebun kopi. Saat panen, mereka membawa kopi ke Citeureup. Untuk menambah sumber pendapatan, mereka juga menjual kulit kina kering. Tak seperti biji kopi yang dijual di Citeureup, kulit kina kering mereka jual ke daerah Bandung.

Kesederhanaan, keheningan dan kedamaian kampung Cisadon membuatku seperti terlahir kembali. Peluh yang bercucuran membasahi tubuh saat merayap di tanjakan Sentul City menuju km 0 dan pondok pemburu terbayar lunas. Hanya ada perasaan hening dan damai saat memasuki dataran luas dengan 1 Musholla dan 4 rumah sederhana. Tempat yang cocok untuk melarikan diri dari hiruk-pikuk kota besar dengan berbagai persoalannya.

I think that I cannot preserve my health and spirits, unless I spend a couple of hours a week at least, cycling through the woods and over the hills and fields, absolutely free from all worldly engagements. (adaptasi dari Henry David Thoreau)

Jozlyn

Work hard, bike harder.

By riding a bicycle, I learn the contours of my country best, since i have to sweat up the hills and coast down them.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments