pedalku.com – Ini mungkin bagi para pedalis adalah hal yang biasa. Lumrah. Remeh temeh. Sudah otomatis dalam benak.

Tapi ternyata tidak bagi seorang pemula.

Seorang teman Matdengkul sedang keranjingan naik sepeda. Sempat diledek, sekarang eranya lari. “Loe malah main sepedaan. Aneh!” gitu kritikan teman Matdengkul lainnya. Sebenarnya itu candaan. Tapi emang teman yang satu ini selalu pasang muka serius. Baik bercanda atau tidak.

Untung teman Matdengkul yang lagi keranjingan naik sepeda itu tak patah arang. Apalagi lihat Jokowi tokoh panutannya juga mulai senang gowes. (Apa hubungannya coba ya …)

Suatu ketika ia bertanya begini, “Kalau pakai celana padding itu masih perlu pakai celana dalam lagi gak?”

Matdengkul agak kaget. Kok tiba-tiba saja dia sudah bertanya soal celana padding. Padahal baru berbilang hari naik sepeda.

Panjang lebar Matdengkul jelaskan sesuai pengalaman saja. Intinya celana padding itu ya celana dalam buat bersepeda. Plusnya dia bisa dipakai begitu saja – jika tak “malu” – atau dilapisi celana luar lagi. Jadi ya boleh disebut celana dalam plus, gitu.

Setuju pedalis?

Eh, teman tadi ngejar. Kenapa kalau pakai celana dalam lagi?

Awalnya Matdengkul mau jawab, “Ya coba saja rasakan bedanya. Seminggu pakai celana dalam di dalam celana padding dan gowes minimal 20 km sehari. Lalu seminggu copot tuh celana dalam.” Cuma Matdengkul gak tega kalau dia harus menemukan jawaban dalam dua minggu hehe …

“Intinya, celana dalam itu ada sambungan jahitan di daerah pantat. Nah, itu bisa memberi tekanan ke pantat yang penuh dengan saraf. Semenit dua menit gak terasa. Tapi kalau sudah berjam-jam baru terasa tekanan itu. Nah, beda dengan celana padding yang tak ada sambungan jahitan di daerah pantat. Juga bagian selangkangan. Selain itu, celana dalam akan basah dan lembab. Beda dengan padding yang meski lembab tapi cepat kering. Meski tidak secepat bahan dry fit.

Teman tadi manggut-manggut. Semoga saja mengerti.

“Bagusnya beli yang terpisah atau menyatu antara celana padding dan celana luar?” tanya teman tadi.

Wah, kalau yang ini Matdengkul tidak yakin dengan jawabannya. Cuma dalam pikiran Matdengkul, lebih enak beli yang terpisah. Soalnya celana luarnya bisa dipakai saat tak bersepeda. Selain itu jika sedang touring atau menggowes dalam waktu lama kita dianjurkan untuk tidak menggunakan celana padding terus-terusan. Soalnya daerah lembab adalah kesukaan jamur. Jadi jangan sampai menggowes sekaligus beternak jamur di selangkangan.

Hmmm… untung teman tadi terus ngeloyor pergi. Tidak bertanya bagaimana jika sadelnya sadel kulit macam Brooks? Atau dengar pengalaman teman Matdengkul lain yang suka gowes tanpa celana dalam atau celana padding. Cuma pakai celana luar saja.

Biarlah sedikit demi sedikit teman tadi belajar. Kalau langsung banyak capai juga menuliskannya di sini ya?

Eh, tapi bagaimana dengan pengalaman pedalis? Benar enggak celana padding sama dengan celana dalam? (Foto: kaskus.co.id)

GuSSur

Menghidupi setiap gerak dan mensyukuri setiap jejak.

View all posts

5 comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Kalau saya s8h tetep pakek celana dalem tapi yang gondrong alias bentuknya seperti celana biasa. Itu jahitanya gak di bokong atau selak angan jadi aman. Takutnya kalau gapake celana dalam kalau ada apa2 dijalan jatoh misalnya bisa telanjang bulat nanti hehehe

  • Tapi pernah lihat ad orang bersepeda di dalam celana sepeda yang ketat n pendek itu pakai celana ketat panjang. Itu boleh gak?

  • halo, btw newbie mau bertanaya nih, mengenai “Hmmm… untung teman tadi terus ngeloyor pergi. Tidak bertanya bagaimana jika sadelnya sadel kulit macam Brooks? Atau dengar pengalaman teman Matdengkul lain yang suka gowes tanpa celana dalam atau celana padding. Cuma pakai celana luar saja.”

    kebetulan saya baru kepikir untuk membeli celana sepeda, dan sy pakai sadel kulit macam Brooks, itu bagaimana yah pengalaman Matdengkul dan temana2. thx

Recent Comments