Pedalku.com – Dalam kurun waktu hampir bersamaan ada dua event bersepeda di Sumatera Barat, yakni West Sumatera Audax 2014 (19-20 April) dan Minang Bike 2014 (9-11 Mei 2014). Kedua-duanya menjanjikan sensasi bersepeda sambil menikmati keindahan pemandangan Ranah Minang. Etapenya juga hampir sama. Tetapi dikabarkan, peserta West Sumatera Audax tidaklah sebanyak Minang Bike yang mencapai 150 orang, itu pun dibatasi karena keterbatasan penginapan yang memadai bagi peserta.

“Kalau ikut Audax kita memang cuma gowes. Sementara kalau ikut Minang Bike kita menikmati segalanya: ya gowes, ya kebersamaan, dan menikmati keindahan alam juga,” ujar seorang peserta Minang Bike, Okto saat mengobrol di sebuah warung kopi selepas Lubuk Basung pada hari pertama Minang Bike.

Walaupun mungkin bisa sama-sama disebut “touring menengah”, karakter Audax dan Minang Bike memang berbeda. Dalam West Sumatera Audax yang diselengarakan Audax Randonneur Indonesia (ARI) para peserta diharuskan menempuh jarak sekitar 200 kilometer dengan batasan waktu maksimal 13,5 jam. Mereka yang berhasil menuntaskan perjalanan itu disebut randonneur. Ibaratnya, peserta dilepas di garis start dan mereka bisa menyesuaikan kecepatan bersepedanya sepanjang tidak melewati waktu maksimal untuk tiba di garis finish. “Ibaratnya, kita ya dilepas sendiri terus gowes di rute yang ditentukan. Di negara maju, malah peserta cuma dikasih peta saja,” kata Okto, yang mengaku pernah beberapa kali mengikuti audax.

Sementara dalam Minang Bike– seperti juga Bali Bike, sama-sama diselenggarakan oleh Harian Kompas — peserta juga sama-sama harus menempuh etape demi etape. Namun dalam penyelenggaraannya, para peserta benar-benar dimanjakan oleh penyelenggara. Panitia bukan saja menyajikan etape demi etape yang nyaman, mereka juga benar-benar menyediakan suplai logistik yang melimpah sepanjang jalan: air minum, buah-buahan,  minuman isotonik, Soyjoy, Beng-beng dan sebagainya. Para peserta benar-benar tidak perlu memikirkan hal lain, kecuali menggowes sepedanya, menikmati pemandangan, atau foto-foto.

Belum lagi pelayanan akomodasi di hotel berbintang, lengkap dengan sajian wisata kuliner. Alasan agar bisa memberikan pelayanan yang prima itulah yang menyebabkan peserta Minang Bike dibatasi 150 orang saja, disesuaikan dengan keterbatasan hotel tempat menginap.

Minang Bike 2014
Minang Bike 2014

Etape pun disesuaikan bertahap. Etape hari pertama sepanjang 144 kilometer dari Grand Inna Muara Padang Kota Padang –Pantai Gondoria – Pauh – Mukomuko – dan berakhir di Maninjau. Kecuali jalanan yang relatif rata, peserta seperti diminta memanaskan dengkul untuk melahap tanjakan Kelok 44 pada etape kedua keesokan harinya dari Danau Maninjau – Bukittinggi. Sementara etape terakhir, peserta tinggal menikmati turunan dari Bukittinggi menuju  Kota Padang. Jangan khawatir tertinggal, tim evakuasi akan mengawal peserta paling akhir, sampai peserta tersebut mengacungkan jarinya menyerah, dan meminta dievakuasi. “Tetapi udah bayar mahal-mahal, ngapain minta dievak,” ujar seorang panitia.

Testimoni salah seorang peserta Minang Bike, Haryoko menarik disimak. Direktur Utama di salah satu anak perusahaan BUMN membandingkan Minang Bike dengan Garuda Indonesia Bike Tour. Dia menyebut, kedua event itu sama-sama terorganisir dengan baik. “Gowes seperti gowesnya ‘raja raja’ sementara gowesnya Minang Bike seperti gowesnya para ‘pangeran’, “ujarnya. Penilaian itu berdasarkan, gowes yang diselenggarakan Garuda lebih banyak rekreasinya dibanding gowesnya.

“Sementara kalau pangeran karena masih muda dan berenergi maka lebih banyak gowesnya,” tambahnya. Jarak yang ditempuh Minang Bike per hari bisa mencapai di atas 100 kilometer. Sedangkan Garuda antara 50-60 kilometer.

Haryoko bahkan menilai karakter penggowes yang dibutuhkan untuk dua event berbeda tersebut juga berbeda. “Jangan pernah ikut Minang Bike kalau belum pernah gowes dari Jakarta – Sentul – KM 0 – Rainbow Hill – Gunung Geulis – Curug Panjang lanjut ke Puncak Pass. Tetapi kalau anda sudah pernah gowes ke KM 0 bisalah ikut gowesnya para raja dengan Garuda,” ujarnya.

Nah, sebenarnya itu belum cukup. Bagi kebanyakan pesepeda, peserta juga harus merogoh kantong lebih dalam untuk mengikuti event tersebut. Setiap peserta harus membayar Rp 4,5 juta – Rp 6 juta untuk bisa ikut Minang Bike. Enggak masalah sih buat para CEO, direktur dan para pengusaha yang memiliki sepeda seharga belasan hingga puluhan juta rupiah, yang umumnya menjadi peserta Minang Bike.  Buat pesepeda kebanyakan? Ya, nabunglah !!

 

"Abah" Agus Hermawan

Lebih dikenal dengan panggilan Abah USH, Agus Hermawan (++ Follow Me at Instagram - @abah_ush) yang lama menjadi jurnalis Kompas (1989-2019) adalah seorang penggiat luar ruang. Kesukannya mendaki gunung sejak muda, menjadikan olah tubuh sebagai kebutuhannya. Bersepeda dan lari menjadi pilihan kesenangannya mengisi hari. Sejumlah maraton sudah diselesaikannya, termasuk world majors marathon (WMM) Tokyo Marathon, Berlin Marathon dan Chicago Marathon.

View all posts

2 comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • sabar, menurut panitianya, setelah tahun mereka menyelenggarakan Jelajah Sepeda di Sulawesi, mestinya tahun berikutnya ke Kalimantan dan Papua. Kita doakan saja,

Recent Comments