Pedalku.com – Senja di bawah tenda. Semburat lembayung mulai mengembang di ufuk barat. Warna kuning bercampur jingga menari di atas perbukitan yang seakan mengelilingi markas Yon Armed 19/105, Lolak.

Tak banyak peserta JSMM yang memperhatikan hal itu. Kebanyakan larut dalam istirahat setelah menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 110 km. Rolling memang menguras tenaga dibandingkan dengan jalan menanjak terus dan turun terus. Sekitar 3 rollingan berat menjadi bagian dalam etape ini.

Makanya, tak banyak yg memperhatikan senja. Sebuah kenikmatan tersendiri tiba di penginapan sebelum gelap mendekap hari. Kemarin di Amurang memang tiba sebelum senja, namun hujan menelingkup senja.

Dari beberapa peserta yang memperhatikan senja, sebagian besar asyik dengan kamera dan mengabadikan detik demi detik lembayung berubah. Memang, dalam jebakan frame, kenangan itu abadi ~ bisa dilihat kapan saja. Namun, akibat asyik mengabadikan momen itu kita kadang abai dengan proses dan detail. Bagaimana semburat kuning berubah jingga. Bagaimana kawanan kuntul menerabas horizon pulang ke sarang mereka.

IMG-20140820-WA0003

Media sosial dan kamera ponsel memang membuat revolusi dalam pola interaksi sosial masa kini. Padahal, bersepeda adalah antitesis masa kini yg serba cepat. Seperti yg disinggung oleh Budiman Tanuredja ~ wakil pemimpin redaksi Harian Kompas dalam sambutan saat tim JSMM disambutlepas Sekwilda kabupaten Minahasa Selatan di Amurang ~ dengan bersepeda kita dapat mengamati sekeliling dengan lebih detail, lebih lama.

Itulah yang tak disadari peserta JSMM. Memang cenderung abstrak. Tapi bagi pesepeda, di situlah kelebihan kita.

Tak banyak yang memperhatikan bentuk muka Lumuut kabupaten Minahasa Selatan (semacam None Jakarta) yang menarik itu. Yang ada para peserta rela antri untuk berpose dg segala pola tingkah mereka.

IMG-20140820-WA0004

Begitu juga ketika disambut di desa Ongkaw Dua kecamatan Sinon Sayang. Para peserta asyik berfoto bersama hukum tua (semacam lurah) Susan Lydia Limu. Mereka abai dg warna behel yang dipakai bu lurah. Juga sedikit lesung ketika senyum terkembang.

Para peserta yg kebanyakan cowok memang memperoleh banyak kesempatan untuk berpose dengan cewek khas Manado. Apalagi ada tongsis sekarang ini. Tak perlu bantuan orang lain untuk mengabadikan momen itu.

Senja sempurna menutup etape dua Amurang – Lolak. Sayang, hanya beberapa yang peduli. Jelajah Sepeda Manado Makassar memang harus bergegas memburu etape demi etape. Namun selalu ada kesempatan utk memberi makna sebuah perjalanan bersepeda jarak jauh.

Jozlyn

Work hard, bike harder.

By riding a bicycle, I learn the contours of my country best, since i have to sweat up the hills and coast down them.

View all posts

1 comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments