Aheng - TensePedalku.com – Baru-baru ini ada dua kejadian yang memprihatinkan di kalangan pedalis. Musibah terjadi pada dua orang kawan kita saat mereka bersepeda sendiri alias lone rider.

Pertama adalah kecelakaan yang menimpa pesepeda Angga Henggara di daerah Rainbow Hills, Sentul, Sabtu, 5 September sekitar pukul. 8.15. Menurut foto yang dishare di Facebook Tense Manalu, “Rider sepeda ini ditemukan di KM 9 Sentul jam 08:51 oleh Ansa Nita DKK yang kebetulan lagi gowes juga mau ke KM 0. Korban ditemukan dalam keadaan tidak sadar, wajah berdarah,” kata Tense.

Korban tidak membawa handphone sehingga penolong kesulitan menemukan kerabat atau keluarga yang bersangkutan. Korban dalam kondisi luka parah dan tidak sadar tersebut dibawa oleh sejumlah pedalis ke Rumah Sakit Pertamedika, Sentul.

Tidak ada yang mengetahui kejadian persis yang menimpa Angga karena tidak ada saksi mata yang melihat musibah tersebut. Apakah Angga jatuh karena kecelakaan tunggal, ada kendaraan lain yang terlibat atau karena sebab lain? Faktanya, korban ditemukan sudah tak berdaya dan luka parah.

Kecelakaan lainnya menimpa, Reza Puspo, pesepeda yang juga dikenal sebagai pelari.
Menurut Wulan Pusponegoro, adik Reza, kecelakaan terjadi pada saat Reza sedang bersepeda dengan kecepatan tinggi dengan posisi menunduk (racing). Kejadian begitu tiba-tiba, saat dia mendongakkan kepalanya, ternyata di depannya sudah ada truk berhenti.
Kecelakaan pun tak terhindarkan. Tabrakan terjadi. Walaupun tidak ada cidera di bagian kepala ataupun tulang yang patah, tetapi bagian muka, mulut dan sistem syaraf Reza mengalami gangguan.

Penolong yang menemui Reza dan membawa ke rumah sakit, mendapatkan identitas berdasarkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dibawa Reza. Tetapi, Reza tidak membawa handphone atau penolong tidak menemukan alat komunikasi tersebut ~ mungkin juga tercecer saat musibah terjadi ~ menyebabkan si penemu korban menyebarkan info kecelakaan melalui internet dan media sosial. Respons pun berdatangan dan korban akhirnya terhubung dengan kerabat yang mengenalnya.

Kejadian tersebut menyisakan pelajaran mahal. Baik di kejadian Angga maupun Reza tidak ditemukan handphone atau nomor telepon yang bisa dihubungi saat terjadi musibah kecelakaan. (Sekali lagi: bisa tidak membawanya atau mungkin terlempar saat kejadian kecelakaan).

Reza memang membekali diri dengan KTP, tetapi tidak ada kontak telepon yang bisa dihubungi. Beruntung di era media sosial, keduanya bisa dihubungkan dengan kenalan, kerabat maupun keluarga mereka. Nah, pedalis tentu selalu berhati-hati dan waspada saat bersepeda, terutama saat seorang diri.

Tetapi membawa tanda pengenal, handphone atau nomor telepon darurat yang bisa dihubungi adalah pilihan terbaik untuk berjaga-jaga. Apalagi, jika pedalis bersepeda sendirian. Peringatan ini berlaku juga buat pedalis yang menyukai olah raga lari.

Nomor telepon itu bisa saja dicatat di sebuah kartu di balik fotokopi KTP dan dilaminasi misalnya. Bisa juga, Anda menggunakan gelang khusus yang menerakan berbagai informasi diri, termasuk golongan darah dan nomor telepon darurat yang bisa dihubungi.

Kita tidak pernah tahu, bahaya selalu mengancam. Apalagi bagi mereka yang menyukai aktivitas olah raga di luar ruang.

"Abah" Agus Hermawan

Lebih dikenal dengan panggilan Abah USH, Agus Hermawan (++ Follow Me at Instagram - @abah_ush) yang lama menjadi jurnalis Kompas (1989-2019) adalah seorang penggiat luar ruang. Kesukannya mendaki gunung sejak muda, menjadikan olah tubuh sebagai kebutuhannya. Bersepeda dan lari menjadi pilihan kesenangannya mengisi hari. Sejumlah maraton sudah diselesaikannya, termasuk world majors marathon (WMM) Tokyo Marathon, Berlin Marathon dan Chicago Marathon.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments