Lalu lintas Jakarta yang tetap padat dan diwarnai kemacetan lalu lintas akhir pekan, menjadi tantangan pertama pelari Jakarta Ultra 100. Tantangan lain adalah cuaca Jakarta yang cukup panas dan lembab dengan suhu 31 derajat Celcius pada saat pelari lepas start pada 28 November pukul 18.30, dan hujan deras yang turun di pagi hari pada Minggu, 29 November 2015. Akan tetapi semua hal tersebut tidak menjadi penghalang para pelari untuk menyusuri Jakarta dalam Cut of Time (COT) 18 jam untuk jarak 100 kilometer.

Dalam lomba ultra pertama yang berlangsung selama 18 jam sejak Sabtu sore itu, podium puteri dikuasai berturut oleh Eni Rosita (15:07:28), Lily Suryani (15:46:47) serta Roro Yulianti (16:52:17) dan podium putera oleh Jumardi (12:44:45), Hendra (13:06:06) dan Pramono (13:09:00).

Rute dibagi dalam empat ruas atau etape, dengan jarak tiap etape 25 kilometer. Dimulai dengan etape timur, pelari berlari dari fX Sudirman menuju Jakarta Timur dan kembali lagi ke area start. Urutan selanjutnya adalah etape selatan, barat dan utara.

Lomba lari ultra ini merupakan race ultra pertama di Kota Jakarta yang diikuti oleh 200 peserta dari dalam dan luar negeri. Peserta dari Indonesia untuk kategori single 100K tercatat dari beberapa kota di luar Jakarta, di antaranya Bandung, Yogyakarta, Nias dan Ambon. Sementara peserta asing tercatat berkewarganegaan Amerika Serikat dan Meksiko. Salah satu di antaranya adalah Hugo Medina, Atase Militer di Kedutaan Besar Meksiko. “Luar biasa, Jakarta sangat menantang, saya akan berlari lagi di ultra race tahun depan bila masih bertugas di Jakarta,” katanya seusai pengalungan medali finisher. Rasa senangnya ditunjukkannya saat dengan bangga ia membentangkan bendera Meksiko dan mengabadikan diri di depan garis finish.

Secara umum lomba berjalan baik dan lancar. Tidak tercatat hal-hal yang merugikan peserta atau menimbulkan kecelakaan. Keberadaan marshal statis di banyak titik menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi peserta. Medias Oktaviani, 50, salah seorang peserta dalam kelompok relay 4x25K berkomentar positif; “Marshalnya sangat membantu. Keren!”.

Tidak terdapat banyak peserta yang DNF (Did Not Finish), meski setidaknya ada beberapa pelari yang tidak melanjutkan race dengan berbagai alasan. Seorang peserta relay 4x25K dinyatakan DNF karena terlambat masuk finish pada etape pertama. Seorang lagi dijemput DNF di jalan pada etape pertama karena sudah melampaui batas COT.

Race ini direncanakan akan diadakan secara rutin setahun sekali. Untuk meningkatkan kualitasnya, maka akan dipersiapkan beberapa bulan sebelumnya. “Persiapan kali ini memang ajaib, hanya tiga pekan saja sebelum Hari-H,” ujar Andre Ismangun, Race Director.

Sejumlah hal sudah dicatat oleh Race Committee untuk menjadi masukan. Di antaranya sebagaimana disampaikan Eni Rosita, podium satu putri kategori 100K dengan catatan waktu 15:07:28; “Overall bagus, tahun depan saya akan ikut bila lebih menantang lagi.”

Para juara mendapatkan Piala Kemenpora dan sejumlah hadiah, di antaranya tiket untuk berlomba di Penang Ultra Marathon di Penang, Malaysia, tahun depan. (*)

"Abah" Agus Hermawan

Lebih dikenal dengan panggilan Abah USH, Agus Hermawan (++ Follow Me at Instagram - @abah_ush) yang lama menjadi jurnalis Kompas (1989-2019) adalah seorang penggiat luar ruang. Kesukannya mendaki gunung sejak muda, menjadikan olah tubuh sebagai kebutuhannya. Bersepeda dan lari menjadi pilihan kesenangannya mengisi hari. Sejumlah maraton sudah diselesaikannya, termasuk world majors marathon (WMM) Tokyo Marathon, Berlin Marathon dan Chicago Marathon.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments