pedalku.com – NusantaRun 3 Bandung – Cirebon kali ini diikuti sekitar 110 peserta. Namun tidak semua pelari ikut lari dari Bandung ke Cirebon via Sumedang. Ada dua pilihan yang diberikan panitia. Lari penuh (full) atau estafet (rellay). Estafetnya cuma bisa dua pelari. Ada sembilan etape dan titik pergantian peserta estafet adalah di Sumedang Paseh (titik pengecekan 4).

Yang menjadi persoalan adalah menentukan partner pelari. Jika pelari itu punya kenalan maka dengan mudah mereka akan bergabung menjadi satu tim. Kalau tidak ada? Panitia pun mengundi partner pelari yang sendirian. Ibaratnya judi dalam penentuan partner ini.

Persoalan judi tadi akan terasa pada pelari kedua. Soalnya ia baru bisa start ketika pelari pertama sudah tiba di CP4 Sumedang Paseh tadi. Jika belum tiba ya tak bisa lari duluan.

Kejadian itu dialami seorang peserta dari Jakarta. Sebagai pelari kedua ia langsung standby di Sumedang. Awalnya ingin ikut meramaikan start dari Bandung pada Jumat 18 Desember 2015 sekitar pukul 21.00. Sekaligus berkenalan dengan partnernya. Namun mengingat waktu yang mepet niat itu urung terlaksana.

Ketika tiba di Sumedang, peserta tadi mendapat kabar dari partnernya, Sabtu (19 Desember 2015) subuh sudah tiba do CP 2. Peserta tadi lalu memperkirakan tiba di CP4 sekitar pukul 07.00. Makanya ia pun sudah siap dari pukul 06.30.

Apa yang terjadi? Sejam, dua jam ditunggu sang partner enggak muncul-muncul. Ditelepon pun tak bisa. Tunggu punya tunggu, sang partner pun datang jauh dari perkiraan pelari kedua. Alhasil ia pun baru bisa start sekitar pukul 15.00.

“Itu yang membuat teman saya tadi bete, nunggunya terlalu lama,” kata salah seorang tim support.

Yah, namanya juga undian. Tak bisa memastikan dapat “hadiah” sesuai dengan yang diharapkan.

GuSSur

Menghidupi setiap gerak dan mensyukuri setiap jejak.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments