pedalku.com – Beberapa kali mendengar kabar duka pedalis yang meninggal selama menggowes. Salah satu penyebabnya berkaitan dengan jantung. Begitu juga dengan berita yang dibagikan di komunitas cycling-id.

Daan Myngheer, pedalis berusia 22 tahun dari klub Lille Metropole, meninggal dunia karena serangan jantung saat mengikuti Race Criterium Internasional. Daan tiba-tiba terkena serangan sekitar 25 km menjelang finish. Ia segera diangkut ke ambulans, lalu mengalami koma, dan akhirnya meninggal di RS.

Cerita lain berkisah soal pedalis usia menengah, Lennard Zinn. Mantan atlet nasional Amerika Serikat ini masih aktif berlatih dan juga gowes jarak jauh. Untuk menjaga semangat kompetisinya, ia ikut lomba-lomba balap sepeda kelas usia 40 tahun ke atas.

Kisah pilu Lennard Zinn terjadi saat berlatih melahap tanjakan panjang favoritnya, Flagstaff Mountain. Ia tiba-tiba mengalami serangan jantung! Detak jantungnya mendadak melompat dari 155 bpm menjadi 218 bpm. Zinn awalnya menolak kenyataan ini, dan menganggap ada masalah dengan alat HRM. Tapi pemeriksaan lanjutan akhirnya memaksa Zinn mengakui bahwa dia kena serangan jantung dengan tipe Multifocal Atrial Tachycardia.

Bersepeda kadang melenakan. Berjam-jam di atas sepeda adalah sesuatu yang lumrah. Tak jarang timbul semacam “kompetisi” untuk menunjukkan jadi jawara mendaki. Tanpa sadar mereka sudah melampaui kelelahan fisik mereka. Namun malu atau gengsi mengubur kelelahan itu. Lalu, tiba-tiba tubuh, terutama jantung, menyerah.

Jantung memang bisa beradaptasi untuk dipacu melebihi batas normal hariannya. Misalkan saat kegiatan normal, jantung bekerja di zona 50-60%, kita bisa memacunya bahkan sampai 95% lebih untuk ikut balapan “liar” di jalanan. Atau menaklukan sebuah tanjakan legendaris. Nyatanya, tidak ada masalah yang terjadi.

Tapi apa yang terjadi jika hal yang sama dilakukan berulang-ulang, tanpa pola pemulihan yang baik? Apalagi usia semakin bertambah. Bukan lagi anak muda 20 – 30 tahun, tapi mulai masuk ke usia dewasa 40 tahun ke atas. Otomatis irama dan kapasitas jantung akan terganggu. Terlebih penghobi sepeda tidak membentuk jantung mereka sejak belasan tahun. Mereka baru jatuh cinta dengan sepeda di usia matang dan berlatih gila-gilaan layaknya atlet profesional. Tidak heran resiko serangan jantung pada para amatir ini lebih besar dari para atlit pro.

Maka, pedalis harus tahu batas-batas tubuh mulai lelah. Hal sederhana yang penjelasannya tidaklah sederhana. Di manakah batas itu? Mungkin pertanyaan-pertanyaan berikut bisa sedikit memberi petunjuk.

  1. Apakah Anda pernah merasakan nyeri dada yang tiba-tiba saat bersepeda?
  2. Apakah Anda pernah merasakan sesak napas yang tidak terjelaskan?
  3. Apakah Anda sering merasa pusing berkepanjangan, terengah-engah terus, bahkan setelah selesai latihan?
  4. Apakah ada tingkat kolesterol tinggi yang harus diwaspadai?
  5. Apakah ada tingkat tekanan darah tinggi yang harus diwaspadai?
  6. Adakah diabetes?
  7. Apakah Anda perokok atau mengalami kegemukan?
  8. Apakah ada riwayat keluarga yang mengalami serangan jantung?

Tapi sekali lagi, itu hanya pertanyaan-pertanyaan penanda. Bukan batas sesungguhnya. Karena yang bisa paham batas sesungguhnya adalah pemeriksaan medis dan kejujuran Anda dalam menilai diri sendiri.

Mungkin pelajaran kunci yang bisa diambil dari kejadian yang ada selama ini adalah sebagai berikut.

  • Kita bersepeda untuk sehat, bukan hanya untuk cepat. Jangan lupakan itu. Kita bukanlah Contador atau Froome yang harus memenangkan Tour de France.
  • Cukupkan istirahat dan pemulihan, jangan hajar terus tubuh kita.
  • Awasi nyeri di dada, dan gangguan irama jantung.
  • Berlatihlah dengan alat pemantau jantung (terutama jika usia sudah di atas 40), dan sadarilah ambang batas detak jantung kita, sehingga tahu batas dan tidak terbawa emosi saat bersepeda di tanjakan atau main cepat di peleton.
  • Kalau ada keraguan, jangan ambil risiko. Lebih baik cari tahu dengan pemeriksaan medis yang lengkap.

Semoga pedalis dapat menikmati bersepeda yang sehat, menyenangkan. Boleh cepat, tapi yang utama tidak membuat kita tiba-tiba terkena serangan jantung.

GuSSur

Menghidupi setiap gerak dan mensyukuri setiap jejak.

View all posts

14 comments

Leave a Reply to Pulau Seribu Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments