Biar kompak dan keren, panitia Jelajah Sepeda Flores memberi para peserta tiga buah jersey. Sementara etape yang harus dijalani ada 6 etape alias enam hari pula. Nah, tiap hari peserta harus memakai jersey yang berbeda. Om Octo Noya, biasanya membeli tiga jersey tambahan untuk jersey selama enam hari itu. Tetapi yang lainnya, pasrah dengan tiga jersey itu.

Jersey itu bisa dipake seharian selama gowes. Dari kering, basah oleh keringat dan kering lagi. Jika hujan pun banyak peserta yang menggunakan jersey yang sama, tidak ganti jersey kering. Menggunakan jas hujan bersepeda jarak jauh bukan hal yang nyaman. Toh kalaupun basah karena hujan, beberapa saat juga jersey akan kering lagi di badan. Hembusan angina jadi mirip blower pengering jersey.

Kesempatan cuci biasanya jika peserta menginap di hotel. Bisa cuci sendiri atau menggunakan jasa laundry hotel. Ada banyak tips untuk cuci jersey di hotel. Antara lain mengangin-anginkannya di unit AC atau di blower AC.

Di JSF kali ini kesempatan mencuci yang paling ideal di Bajawa karena peserta  menginap di hotel. Sementara penginapan etape pertama di Puncak Kelimutu yang dingin itu, dan etape kedua peserta JSF malah menginap di pantai. Makanya panitia menyarankan umbah-umbah jersey saat menginap di hotel, Bajawa. Tapi kota ini kan terkenal dingin . Apalgi bagi yang finish tanpa dievakuasi masuk Kota Kopi ini sudah larut  malam

Nah, saat Pedalku mencuci dan mengerigkan di tempat jemuran hotel hasilnya tetap tak kering.

Ternyata setelah ngobrol dengang Om Yayak, salah seorang peserta JSF yang juga anggota Mapala UI ada cara khusus. Dia mengeringkan jerseynya dengan cara menggulungnya dengan kertas koran bekas. “Kayak lontong gitulah,” katanya. Dia sengaja membawa mkoran bekas dari Jakarta. Bukan untuk dijual lagi tetapi untuk antisipasi mengeringkan sepatu kalau basah. Eh, ternyata cara itu bisa juga untuk me ngeringkan jersey basah.

Terima kasih, Om Yayak untuk sarannya yang apik!

 

"Abah" Agus Hermawan

Lebih dikenal dengan panggilan Abah USH, Agus Hermawan (++ Follow Me at Instagram - @abah_ush) yang lama menjadi jurnalis Kompas (1989-2019) adalah seorang penggiat luar ruang. Kesukannya mendaki gunung sejak muda, menjadikan olah tubuh sebagai kebutuhannya. Bersepeda dan lari menjadi pilihan kesenangannya mengisi hari. Sejumlah maraton sudah diselesaikannya, termasuk world majors marathon (WMM) Tokyo Marathon, Berlin Marathon dan Chicago Marathon.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments