pedalku.com – Sekitar lima tahun silam, saya agak ragu-ragu untuk bersepeda ke kantor (b2w) menggunakan sepeda jalan raya (roadbike/RB) atau ban tapak sempit. Kondisi jalan yang kurang bagus (saya ber-b2w melewati jalan alternatif) serta trotoar yang amburadul mengurungkan niat saya untuk ber-b2w dengan RB.
Jadi, kala itu pilihannya ya sepeda gunung (MTB) yang menggunakan ban tapak lebar dan profil menyesuaikan jalan rata. Selain pede untuk menghantam lubang yang ada di jalanan, juga tak rikuh untuk naik trotoar kala jalan raya macet. Terlebih didukung dengan fork bersuspensi.
Masalahnya, MTB kurang lincah digunakan untuk menerobos kemacetan atau antrian kendaraan yang merayap di jalanan. Handlebar yang relatif panjang terkadang menyenggol bodi mobil kalau nekat menyelinap di jejeran mobil yang stop and go mencumbu kemacetan.
Namun, semakin ke sini kondisi jalanan membaik. Kalau kemacetan sih … membaik juga hehe…. Maksudnya tambah macet gitu. Dulu saya masih nyaman lewat Jalan MT Haryono dari Cawang sampai Slipi. Sekarang ogah. Lebih baik mencari jalan alternatif yang kondisi jalanan semakin mulus.
Seiring membaiknya kondisi jalanan itu membuat saya memberanikan diri untuk menjajal RB buat ber-b2w. Dan harus diakui, memang menjadi nyaman dan tak lagi waswas mengayuh RB dengan karakternya yang pingin “terbang” (banTER BANGet). Apalagi menggunakan Thrill Ardent 1.0.
Beberapa kali rute b2w saya rekam dan diunggah di Strava. Kebetulan saya gabung di beberapa komunitas. Ternyata tak mengecewakan. Beberapa kayuhan saya masuk dalam 5 besar tercepat di beberapa segmen rute. Padahal saya melakukannya di hari kerja yang relatif ramai dengan kendaraan.
Jika pedalis ingin mencoba RB buat ber-b2w, Thrill Arden 1.0 bisa jadi lirikan. Garapan PT Indonesia Bike Works ini bisa menjadi ancaman merek Polygon sebab Thrill mulai melebarkan sayapnya tak melulu di MTB.
(Baca juga: Polygon, Hati-hati dengan Thrill)
Sebagai gambaran saja, jalur b2w saya membentang sejauh sekitar 20 km dari Jakarta Timur ke Jakarta Barat dengan kontur yang beragam. Begitu juga dengan elevasinya. Dari jalan beton, jalan kampung, sampai jalan provinsi. Trotoarnya hampir semua sekarang sudah yang bagus. Dengan ubin pemandu orang disabilitas di tengah-tengahnya. Namun pinggirannya masih ada yang paving block, sudah ada yang dibeton.
Soal kualitas sepeda produk Thrill sudah tak perlu diragukan lagi. Sudah teruji, terlebih varian BMX-nya tampil di Olimpiade Rio de Jenario Brasil pada 2016. Masalahnya, RB Thrill termasuk varian baru. Pedalku sudah melihat calon jabang bayi ini sewaktu berkunjung ke pabriknya di Gresik, Jawa Timur akhir September 2016.
(Baca juga: BMX Thrill Buatan Indonesia Tampil di Olimpiade Rio 2016)
Dari sosoknya, Arden 1.0 yang diperkenalkan di awal 2017 tidak kalah dengan RB saat ini. Rangka berliannya yang membesar di headtube-nya menyiratkan kekokohan. Top tube berbentuk segitiga dan sedikit melengkung memancarkan kedinamisan. Sementara jalur kabel yang masuk tubing membuat penampilannya klimis manis.
Frame terbuat dari bahan alloy 6061 hydroformed. Tentu tak seringan karbon, namun cukup ringan. Sekitar 9 koma sekian kilogram. Standar RB. Sementara fork-nya memakai bahan karbon (pro carbon road). Jadi jangan heran ketika diangkat, cenderung berat di bagian belakang.
Mereka yang belum terbiasa mengayuh RB memang perlu adaptasi sebentar. Terutama ketika harus mengayuh sambil berdiri ketika naik jalan layang tapi malas mengoper gigi. Awal mencoba agak gagap karena kurang stabil. Roda depan seperti liar dikendalikan. Namun kalau sudah bisa menemukan iramanya, maka Arden dengan pasangan crankset Tiagra FC-4700 170MM 50-34T dan sprocket Tiagra 4700 11-32T nyaman dipakai buat gowes sambil berdiri. Apalagi didukung dengan penggunakan sepatu ber-cleat.
Ketika dijajal untuk menuju KM 0 Bojongkoneng via Taman Budaya, kombinasi crank dan sprocket bawaan tadi masih bisa “menaklukkan” lima tanjakan aduhainya. Tidak bisa ngicik memang, tapi sepanjang bisa menjaga momentum gulirnya, maka pelan tapi pasti tanjakan demi tanjakan itu bisa dilalui. Bahkan bisa menyalip beberapa sepeda MTB yang saat itu juga menuju ke KM 0 Bojongkoneng.
(Baca juga: Lima Tanjakan Aduhai Menuju KM 0 Bojongkoneng, Sentul)
Nah, jika sudah bisa mengendalikan Ardent ini, maka tinggal menikmati saja sebagai raja jalanan di kemacetan Jakarta. Meliak-liuk di sela-sela kendaraan roda empat yang tak bisa dilakukan oleh motor. Ketika jalanan sedikit kendor dari kemacetan, paculah dengan sekencang-kencangnya. Rem dari Shimano Tiagra BR-4700 siap menghentikan laju Ardent 1.0.
Perpindahan gigi juga mulus sehingga tidak mengganggu saat harus menghentakkan tenaga manakala tiba-tiba harus mengerem karena ada motor muncul di sela-sela antrian mobil yang macet dan kemudian mengejar membuntutinya. Shifter Tiagra SL-4700 2X10SPD yang bahu membahu dengan FD Tiagra FDM-4700 dan RD Tiagra RD-4700 10SPD membuat Ardent seakan-akan liar di kemacetan jalur MPR arah Cawang kala pulang kantor.
Manakala pulang melewati Jalan Iskandarsyah Raya menuju kantor Walikota Jakarta Selatan di kawasan Blok M, ban Kenda Konteder 700X26C memberi rasa kepercayaan diri yang tinggi untuk “jumping” sedikit naik trotoar dan “mengejek” para biker yang antri rapi menunggu lampu merah berganti hijau. (Karena trotoar di kawasan ini diperlebar, maka jalanan di sini hanya menyisakan satu lajur motor di sisi paling kiri).
Yang unik jika pedalis memperhatikan secara detail seat tube maka akan terlihat oval bottom seat tube. Bentuk seperti ini akan membuat pedaling lebih efektif. Model seperti ini sudah digunakan oleh pabrikan sepeda gunung (mountain bike) beberapa dekade lalu. Hasilnya, sepeda buatan mereka –meski berbahan chromolly- masih menjadi sepeda legenda hingga saat ini.
Teknologi lainnya adalah balistic rear triangle yang diklaim mampu meredam guncangan. Lumayan untuk melintasi jalan berkeriting.
Nah, tertarik meminang Ardent? Ada empat seri untuk RB ini, dengan kisaran harga sebagai berikut:
- Ardent 1.0: Rp9.520.000
- Ardent 2.0: Rp6.930.000
- Ardent 3.0: Rp4.780.000
- Ardent 4.0: Rp4.150.000
(Berbeda dengan kebanyakan produsen sepeda, PT Indonesia Bike Works mengadopsi penomoran semakin kecil nomer semakin tinggi spesifikasinya. Juga semakin mahal harganya.)
Oya, semua produk THRILL bergaransi lima (5) tahun untuk frame dan fork (rigid) dengan pemakaian normal, tidak termasuk frame berbahan carbon dan fork bersuspensi, cek di http://garansi.bikershop.biz
Selain itu, semua desain frame sepeda THRILL mengacu pada geometri tubuh pengendara khususnya Asia.
Berikut spesifikasi lengkap dari Thrill Ardent 1.0
Frame | Alloy Hydroformed Frame |
Front Fork | Carbon With Alloy Steerer |
Rear Suspension | – |
Shift Lever | Shimano Tiagra St-4700 2x10sp |
Derailleur Rear | Shimano Tiagra Rd-4700 |
Brakes Front | Shimano Tiagra Br-4700 |
Brakes Rear | Shimano Tiagra Br-4700 |
Brake Levers | Integrated With Shifter |
Pedals | – |
Crankset | Shimano Tiagra Fc-4700 |
Chain Cover | – |
Hub Rear | – |
Hub Front | – |
Rim | – |
Spokes Nipples | – |
Tires | Kenda Kontender 700 X 25c |
Saddle | Thrill Road Pro |
Grips | – |
Rack | – |
Ukuran | 44-46-48-51-54 |
mantap nih reviewnyaa..
jadi gak ragu lagi milih brand lokal rasa luar
terima kaih banyak
Tetap. Butuh mencobanya dulu….
Kakak, saddlebag nya beli dimana ya. thx
Di olshop banyak kok
Tas Sepeda Tas Sadel Tas Saddle Bag – eiBag 1534 via @bukalapak https://www.bukalapak.com/p/sepeda/outwear/tas/qm29m4-jual-tas-sepeda-tas-sadel-tas-saddle-bag-eibag-1534?utm_source=apps