pedalku.com – Siapa yang tak kenal dengan Bromo? Kawasan wisata yang berada di empat wilayah kabupaten ini (Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang) termasuk salah satu gunung yang bisa dicapai dengan kendaraan, baik roda dua atau roda empat.

Dengan ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut bisa dibayangkan bagaimana jalan menuju ke sana. Penuh tanjakan yang sangat menantang bagi penyuka (tentunya). Terlebih bagi pedalis yang suka menguji dengkul.

Dalam ajang lomba balap pun, uji dengkul ini disertakan. Istilahnya King of Mountain. Raja tanjakan!

(Baca juga: Freerider Dunia Terpikat Keindahan Gunung Bromo)

Nah, jika ingin menjadi KOM di salah satu tanjakan Bromo tak hanya di Strava, ikuti ajang ini! Antangin Bromo KOM Challenge 2018 yang diselenggarakan oleh Otak-otak bekerja sama dengan Azrul Ananda School of Suffering (AA Sos) dan Mie Bola Mas.

Tak hanya King saja yang diperlombakan, tapi juga Queen alias Ratu tanjakan agar tidak bias gender.

Tanjakan yang harus dihadapi adalah Wonokitri di kawasan Bromo. Namun, agar pedalis nubie juga bisa ikut merasakan tanjakan ini, dalam ajang ini disiapkan peleton non-kompetitif. Karena tak berkompetisi, tidak usah “gaya-gayaan” tetap menggowes meski paha sudah berteriak-teriak. TTB aja dengan santai.

(Baca juga: SONGO-G #5: Lautan Pasir dan Tebing Tanah Yang Tak Terlupakan)

Seperti yang dikatakan oleh Azrul Ananda, pencetus kegiatan nanjak ke Bromo ini. “Dalam cycling, tantangan utama adalah menaklukkan diri sendiri. Apalagi kalau menanjak ke Bromo. Untuk terus mempopulerkan cycling, serta memotivasi penghobi untuk berani menanjak, tentu ada tanggung jawab penyelenggara untuk terus menyiapkan peloton non-kompetitif. Mereka akan berangkat setelah peserta lomba, dan akan dikawal oleh marshall, road captain, dan lain sebagainya. Kami ingin semua bisa menikmati kegiatan ini.”

Untuk peleton non-kompetitif ada pengawalan road captain dan marshall. Peloton non-kompetitif ini ideal bagi mereka yang ingin menguji kemampuan climbing tanpa beban bersaing dengan yang lain.

Untuk kategori kompetitif wanita ada tiga kelas: Open Elite (atlet segala usia); Master A (31-40); Master B (41+). Sementara untuk kelompok pria ada empat kelas: Men Elite (atlet segala usia); Master A (31-40 tahun), Master B (41-50), dan Senior (51+)

Bagi peserta non-kompetitif yang bisa menyelesaikan tanjakan dalam waktu kurang dari empat jam disediakan medali penamat. Sedangkan untuk kelompok kompetitif ada sejumlah uang bagi yang juara.

Bromo KOM 2018
Bromo KOM 2018

Sementara untuk kategori open elite Men King of the Mountain (KOM) dan Women Queen of the Mountain (QOM), juara akan mendapatkan Rp10 juta, lalu ada Rp5 juta untuk runner-up, dan Rp3 juta untuk juara 3. Setelah itu, ada masing-masing Rp1 juta untuk juara 4 dan 5.

Nah, buat yang non-atlet jangan kecewa sebab ada sejumlah uang bagi yang meraih podium. Untuk semua kategori hadiahnya masing-masing Rp3 juta untuk Juara 1, Rp2 juta untuk Juara 2, dan Rp1 juta untuk Juara 3.

(Baca juga: SONGO-G #4: Derita Tanjakan dan Turunan Puncak B29)

Antangin Bromo KOM Challenge 2018 diselenggarakan pada Sabtu, 21 April mendatang. Start di Pasuruan, hanya sekitar 50 km dari Surabaya. Semua peserta akan menempuh jarak sekitar 40 km, dari Pasuruan ke Desa Wonokitri, di kisaran Bromo, menanjak hingga ketinggian 2.000 meter.

Pendaftaran bisa dilakukan dengan mengeklik tautan ini.

GuSSur

Menghidupi setiap gerak dan mensyukuri setiap jejak.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments