pedalku.com – Bagi banyak pelari Indonesia, mengikuti maraton di ajang World Marathon Majors  (WMM) adalah idaman. Tidak heran jika kemudian mereka mencoba peruntungan mengikuti undian jika salah satu maraton WMM itu membuka pendaftaran untuk undian (drawing) baik itu di  Tokyo Marathon, Boston Marathon, Virgin Money London Marathon, BMW Berlin Marathon, Bank of America Chicago Marathon, and TCS New York City Marathon.

Rombongan pelari Indonesia yang mengikuti WMM itu bisa melebih 100-an orang. Tetapi tidak banyak yang sudah “menamatkan” keenam WMM tersebut dan berhak mengalungi Six Stars – yaitu simbol bagi  marathoner yang sudah berhasil menjadi finisher di semua WMM. Salah satu dari beberapa orang itu adalah Adriansyah Chaniago (51) yang menyelesaikan WMM dengan maraton pamungkas di Boston Marathon, Senin 16 April 2018 waktu setempat.

Tidak mudah untuk mengikuti Boston Marathon, karena bukan saja harus melalui drawing tetapi mereka yang berminat juga harus lolos kualifikasi Boston dengan syarat waktu terbaik yang ketat.

Pedalku berkesempatan mewawancarai finisher 14 kali maraton di berbagai negara dan 5 kali pelari ultra (100 kilometer) tersebut yang juga salah seorang Komite Run for Indonesia (RFI) – komunitas ribuan anggota terdaftar dengan keanggotaan di FB RFI mencapai 6.380 orang lebih.

Berikut wawancara Pedalku dengan pelari yang di kalangan RFI Trail akrab dengan nama julukan Suhu Aad tersebut.

Selamat kini Anda sudah memegang Six Stars WMM. Apa artinya bagi Anda sebagai pelari maraton. Sejak kapan sih Bang Aad mulai mengikuti WMM?

Terima kasih. Saya mulai berlari di WMM tahun 2015 akhir dengan WMM pertama di Chicago. Waktu itu belum terlalu besar keinginan saya untuk menamatkan Six Stars WMM. Berikutnya saya dapat lotere WMM di Tokyo, nah dari sinilah mulai keinginan untuk menyelesaikan seluruh WMM. Selain juga untuk bisa terus memperbaiki catatan waktu, keinginan untuk bisa berlari di ke enam marathon di enam kota dunia tersebut menjadi motivasi utama saya.

Di antara 6 WMM mana yang paling berkesan dan kenapa?

Semua WMM punya keunikan sendiri buat saya, tapi kalau yang paling berkesan ya Boston Marathon ini. Yang paling menderita karena kebetulan tahun ini cuacanya sangat ekstrim dingin sekali. Boston ini satu-satunya WMM yang sempat ada pikiran saya untuk berhenti (DNF) di tengah jalan saking enggak tahan sama dinginnya. Susah sekali membuat pikiran berkonsentrasi untuk terus berlari dalam cuaca super ektrem ini. Bener-bener “survival mode” lah berlari di Boston ini. (Hujan badai mengiringi 30.000 orang pelari di Boston Marathon tahun ini dengan suhu sekitar 4 derajat Celcius dengan kecepatan  angin 40 mph)

Bagaimana dengan catatan waktu semua WMM?

Dari WMM pertama catatan waktu terus membaik, dari 4.29 sampai ke 3.42. Akan tetapi ya itu tadi pas Boston malah ngedrop ke 4.19. Alhamdulilah, saya masih bersyukur karena  masih bisa finish

Berapa lama persiapan untuk menghadapi setiap WMM dan WMM mana yang paling siap?

Setiap marathon idealnya membutuhkan waktu minimum 16 minggu, tapi untuk yang rutin berlari bisa disiapkan dari 12 minggu. Tidak bisa kurang, karena bisa injury. Semua marathon, terutama WMM saya selalu coba siapkan diri dengan latihan cukup.

Pada dasarnya berlari 42km itu membutuhkan stamina yang baik. Kita kan ingin berlari tidak untuk kali ini saja, atau untuk 1-3 tahun ke depan saja. Tapi harus dipikirkan berlari untuk 10 tahun lebih ke depan, jadi harus sustainable.

Sebagai pelari kantoran, sejak kapan Anda menyukai lari dan bagaimana memulainya?

Mulai lari akhir 2014, sekitar bulan September. Motivasi awal untuk sehat, karena saya sempat sakit serius di awal 2013. Dokter menyarankan untuk berolah raga rutin. Dari coba beberapa olahraga akhirnya ketemu lari yang akhirnya cocok sampai sekarang.

Saya mulai dari berlari pendek juga seperti lazimnya pemula. Saya mulai berlari dengan jarak 2-3km per lari, itupun sudah mau semaput.. ha ha..

Tapi lama kelamaan kok enak ya, ketika dan saat setelah lari, mungkin pengaruh endorfin kali ya. Jarak berlari saya pun bertambah panjang dan jauh. Apalagi saya bergabung dengan kawan lari dari Run For Indonesia, dan kami saling menyemangati. Dari situlah, saya mulai mengikuti berbagai event lari ini- itu dan akhirnya jadi kecanduan lari sampai sekarang…

Pola latihan Anda seperti apa? Misalnya sepekan lari berapa kali, latihan apa saja ? 

Saya usahakan minimal empat kali seminggu dengan menu dua kali hard session dan dua kali easy sessionHard session bentuknya speed (kecepatan) dan long run di akhir pekan.

Speed untuk meningkatkan stamina dan long run untuk meningkatkan daya tahan. Menjelang race biasanya ditambah jadi lima session per minggu. Untuk mileage biasanya sekitar 50-70 km per minggu. Di luar itu, perlu tetap lari sosial bareng temen-teman, lebih baik lagi kalau bareng komunitas. Di sini kita bisa saling sharing dan menginspirasi. Lari dengan nubie atau pemula pun bisa dapat banyak inspirasi lho.

Bagaimana dengan nutrisi, selama latihan dan menjelang lomba dan saat lomba? 

Kalau nutrisi tidak ya “4 sehat 5 sempurna” saja. Semua dimakan untuk saya, yang penting jangan tekor. Hanya saja dua minggu menjelang lomba porsi lemak saya kurangi drastis dan seminggu sebelum race porsi sayuran dan buah juga dibatasi tapi tetap dimakan. Saya minum multivitamin tiap hari dan glucosamine kalau menjelang race.

Selain pelari road, Anda juga dikenal sebagai pelari trail dan bergabung dengan RFI Trail ya? Mana yang lebih menarik? 

Sebenarnya saya lebih suka trail, tapi untuk beberapa waktu karena mau marathon saya skip trail dulu. Lari trail juga menarik karena bisa melihat alam dan lebih bervariasi…

Di lari trail lomba mana saja yang paling berkesan? 

Wah kalo trail banyak yang menarik. Bromo Tengger Semeru (BTS) 100 dan  Rinjani Ultra 100 menarik buat diikuti dan diulang malah. Untuk trail ultra yang lebih menantang, di luar negeri ada seri UTWT, Ultra Trail World Tour, semacam WMM di road.

Saya sudah ikut 2 seri sampai saat ini. Setelah WMM komplit saya ingin teruskan ke UTWT.

Ada pesan untuk teman-teman pelari untuk menghadapi maraton? 

Baiknya setiap marathon dipersiapkan dengan baik. Semacam tugas aja. Never take it lightly. Selesaikan dengan baik, dan itu berarti dipersiapkan mulai dari latihan dan nutrisinya. Sayang kan sudah daftar buat marathon, terus datang ke sana dengan tidak siap.

Apa mantra Anda setiap mengikuti maraton? 

Persiapan untuk lari marathon dan ultra sangat sangat penting. Usahakan dengan seoptimal mungkin sehingga kita berlari bisa sustainable. Fitness butuh waktu, jangan too soon dan too fast.

Adriansyah Chaniago, penamat enam World Marathon Majors saat berlomba di Boston Marathon, Senin 16 April 2018 (foto: IG kawanlari)

Biodata

Nama: Adriansyah Chaniago

Lahir: 26 Januari 1967

Istri : Rizta Dhiana, mempunyai 4 anak (3 puteri dan 1 putera)

Pengalaman Lari:

  • HM pertama Januari 2014
  • FM pertama Agustus 2015.
  • FM: Sudah menyelesaikan 14 kali maraton, seluruh WMM di Tokyo, Berlin, Chicago, New York, London dan Boston.  Selain WMM, saya FM di Indonesia saja. Kalaupun luar negeri cuma nyoba yang deket  saja di Singapore dan Malaysia.
  • Ultra Trail: baru 5 kali dengan jarak terjauh 100K, termasuk Vibram Hongkong 100K.  Kalau sudah siap ingin coba 100 mile.

"Abah" Agus Hermawan

Lebih dikenal dengan panggilan Abah USH, Agus Hermawan (++ Follow Me at Instagram - @abah_ush) yang lama menjadi jurnalis Kompas (1989-2019) adalah seorang penggiat luar ruang. Kesukannya mendaki gunung sejak muda, menjadikan olah tubuh sebagai kebutuhannya. Bersepeda dan lari menjadi pilihan kesenangannya mengisi hari. Sejumlah maraton sudah diselesaikannya, termasuk world majors marathon (WMM) Tokyo Marathon, Berlin Marathon dan Chicago Marathon.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments