pedalku.com – Penundaan – orang membacanya: pembatalan – Mandiri Jakarta City Marathon 2018 hanya H-3 menjelang pelaksanaannya pada Minggu (21 Oktober 2018) menyisakan misteri dan banyak pertanyaan. Para pelari belum mendapat jawaban yang sesungguhnya dari pihak penyelenggara karena Bank Mandiri, pihak race organizer Mesarace, maupun mereka yang menamakan diri “Aliansi Komunitas Lari Jakarta (AKLJ)” pun terkesan saling lempar tangan.

Dalam pernyataan tertulisnya, Vice President Corporate Communication Bank Mandiri Maristella Tri Haryanti memohon maaf harus menjadwal ulang pelaksanaan lomba karena ingin memastikan kondisi rute benar-benar baik dan nyaman bagi pelari untuk mengakomodasi tingginya antusiasme pendaftar yang telah mencapai lebih dari 9.500 peserta dari dalam dan luar negeri.

Sementara kata Mesarace dalam akun Instagram menulis, “Bersama turunnya hujan pertama di bulan Oktober, Mesa Race mendapatkan kabar bahwa lomba Mandiri Jakarta City Marathon 2018 yang sedianya dilaksanakan tanggal 21 Oktober 2018 harus dijadwal ulang” dan “Hingga pengumuman ini kami terbitkan, Mesa Race tidak memiliki keterangan mengenai kapan jadinya lomba Mandiri Jakarta City Marathon berlangsung”

Di berbagai media, ditulis juga penyelenggara Jakarta City Marathon itu adalah Bank Mandiri dan Aliansi Komunitas Lari Jakarta (AKLJ). Banyak juga pelari yang mempertanyakan AKLJ itu siapa dan bagaimana posisinya dalam Jakcimar. Siapa saja komunitas lari yang tergabung di dalamnya, apakah ada badan hukumnya dan lain sebagainya. AKLJ pun tak ketinggalan mengeluarkan pernyataan, “Karenanya AKLJ sangat menyayangkan terhambatnya pelaksanaan Jakarta City Marathon dengan berbagai sebabnya,” dalam pernyataan yang menyertakan nama Teguh Ananta Wikrama sebagai Ketua Umum Aliansi Komunitas Lari Jakarta.

Jadi posisi Mandiri, AKLJ dan Mesarace itu bagaimana? Apakah Mandiri dan AKLJ itu pemilik event (event owner) atau sponsor? Jika menyangkut perizinan, siapa yang bertanggungjawab? Alasan penundaan “kondisi rute benar-benar baik dan nyaman bagi pelari” itu seperti apa? Apakah ada perbaikan jalan sepanjang 42 kilometer misalnya?

Minggu (21 Oktober 2018) kemarin, bersamaan dengan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day, CFD), sejumlah pelari yang sudah mendaftarkan diri sebagai peserta Jakarta City Marathon 2018 mencoba menghibur diri dengan tetap belari di Jln. Sudirman-Thamrin hingga kawasan Monumen Nasional tempat yang semestinya menjadi lokasi start dan finish Jakarta City Marathon. Mengundang iba pula, banyak di antaranya menggunakan jersey Jakcimar lengkap dengan BIB. Banyak di antaranya berdatangan dari luar kota, sudah terlanjur memesan tiket pesawat dan hotel. Pihak penyelenggara memang sudah menyatakan diri untuk mengembalikan uang (refund) yang dikeluarkan para pelari yang terlanjur mendaftar.

Masalahnya tidaklah sesederhana itu, sebatas mengembalikan uang (materiil). Bagaimana dengan kerugian immateriil dari para (calon) peserta Jakcimar itu, berapa lama mereka sudah menyiapkan diri, menyediakan waktu untuk berlatih menghadapi sebuah lomba maraton. Beberapa di antaranya akan mencoba maraton pertamanya (virgin marathon). Banyak di antaranya juga yang harus menabung untuk membayar biaya lomba yang tidak murah.

Sejumlah orang menghubung-hubungkannya dengan persoalan politik. Cara mudah untuk mencari kambing hitam adalah melarikan persoalan ke politik. Akan tetapi persoalan teknis juga bukan hal sulit untuk dijelaskan, bagaimana dengan perizinan dari otoritas kota – Pemprov DKI Jakarta maupun Polda/Polri, untuk sebuah maraton yang akan dilakukan sepekan dari hajatan serupa yang lebih dahulu direncanakan?

Atau jangan-jangan ini masalah bisnis semata? Berapa milyar rupiah uang yg digelontorkan oleh Bank Mandiri untuk Jakcimar? Bagaimana pertanggungjawabannya uang salah satu BUMN itu ketika event tersebut ditunda? Apakah alasan penundaan itu termasuk force majeur?

Pedalku mencatat, “kelahiran” Jakcimar – yang kemudian keguguran – itu tidak terlepas dari kritik sejumlah pelari terhadap pelaksanaan Jakarta Marathon 2017. Sepertinya semua  itu bermula dari postingan Yasha Chatab di FB Indo Runners.

“Sejak lomba usai pada Minggu siang, berbagai kanal sosial media ramai membicarakan berbagai kejadian di Jakarta Marathon 2017 yang membahayakan nyawa peserta, maupun hal-hal yang mengganggu masyarakat Jakarta yang bukan peserta. IndoRunners sebagai komunitas lari terbesar di Indonesia mengajak beberapa perwakilan berbagai komunitas lari di Jabodetabek untuk menyampaikan hal tersebut pada Kamis 2 November 2017 ke Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno untuk mencoba mencari solusi terbaik,” kata Yasha dalam postingan 3 November 2017 itu. Dalam pertemuan Kamis (2 November 2017) itu Yasha menyebutkan,

Awal Mula
Foto seusai pertemuan pertama sejumlah pelari dengan Wagub DKI Sandiaga Uno (saat itu), 2 November 2017 (FB Indo Runners)

“Dalam dialog ini, IndoRunners mengajak perwakilan dari komunitas Runners Nation, JakB Runners, KedodoRun, Team Chubby, Senayan Runners, Long Distance Runners, Bogor Runners, Tangerang Crazy Runners, EJR, Derby, Tebetian, dan Cibubur Runners beserta beberapa tokoh lari Jakarta,” lanjut Yasha.

Masyarakat pelari, kemudian mendapat “kejutan” ketika Instagram @rezapuspo dari Mesarace – race organizer – memasang foto Sandiaga Uno, Reza Puspo dan beberapa orang lain. “History in the making. Today (03/08/18), Bank Mandiri, Jakarta Capital City Government and Aliansi Komunitas Lari Indonesia agreed to create an exceptional 42.195 km running event called ‘Mandiri Jakarta City Marathon’ (not to be mistaken for Jakarta Marathon) on Sunday October 21, 2018,” demikian @rezapuspo dalam akun Instagram yang beredar pada 8 Maret 2018.

Namun demikian menurut sejumlah sumber, Mandiri mengadakan pitching race organizer untuk Jakcimar hanya 2,5 bulan sebelumnya. Perlu kerja Bandung Bondowoso untuk mewujudkan sebuah event maraton dalam waktu sesingkat itu. Seorang pelari maraton yang baik setidaknya membutuhkan waktu 12-16 minggu untuk mempersiapkan diri.

Perhatikan juga, di situ tertulis “Aliansi Komunitas Lari Indonesia” bukan “Aliansi Komunitas Lari Jakarta” seperti yang belakangan menyebut namanya. Apakah aliansi yang sama atau berbeda?

Salah seorang pelari yang ada di dalam foto tersebut, Beny Syaaf (paling kanan berbaju kota-kotak) memberi kesaksiannya. “Saya kemudian datang mewakili salah satu komunitas hadir di pertemuan diskusi komunitas untuk Marathon Jakarta agar lebih baik ke depannya. Saat datang ke kantor Wagub DKI, sudah ada sebagian kecil komunitas lari lain, termasuk pengundang dari Mas Rezpo Mesarace (Reza Puspo) dan Bang Rohan Mandiri (Rohan Hafas, Corporate Secretary Mandiri) hadir disana.

“Waktu pertemuan audien yang dipimpin Pak Wagub ditanya kelemahan dan uneg-uneg Jakmar kemaren. Kemudian setelahnya ikut berbicara Bang Rohan dari Mandiri yang menyampaikan suksesnya pelaksanaan Jogya Marathon bersama Mesarace, yang ingin di-copast event Marathon di Jakarta. Mas Rezpo (Reza Puspo) juga menyampaikan Mesarace menyambut usulan Mandiri dan siap untuk pelaksanaan event marathon tersebut dan soal cek dan tes rute akan undang berbagai konunitas lari.

Bang Sandiaga Uno kemudian menyambung bahwa berdasarkan itu semua akan ada Mandiri Jakarta City Marathon MJCM Minggu tanggal 21 Oktober 2018, tepat seminggu sebelum event Jakarta Marathon. Terus terkait rute bisa jadi akan melibatkan satpol PP untuk steril dan bisa juga jalur Marathon Asian Games 2018 yang dipakai.

“Kaget saya mendengar pembicaraan dan penjelasan ketiga orang tersebut. Dalam hati berkata, owalah rupanya seperti sudah terencana ya, lalu undang komunitas untuk bahas perbaikan, malah udah ada rencana event marathon lain di Jakarta. Tadinya bayangan saya kita akan ngobrol tentang Jakmar supaya bebenah dan lebih baik dengan menekan EO Jakmar sebelumnya.

“Sepulang dari pertemuan tersebut saya gak pernah dihubungi lagi. Saya juga merasa enggak sreg dengan mengadakan event marathon di Jakarta yang cuman beda seminggu saja

“Dilalah H-3 ada press release dari Mandiri bahwa pelaksanaan Jakcimar (MJCM) Minggu 21 Oktober 2018 batal dilaksanakan. Saya turut prihatin dan sedih kepada peserta lari yang sudah mendaftar, apalagi yang datang dari luar kota maupun luar negeri.

“Saya menulis ini kebetulan foto saya ada pas sejarah MJCM. Saya bicara apa adanya.” (*)

Mungkin teman-teman pelari, punya informasi lain terkait Mandiri Jakarta City Marathon ini. Semoga menjadi pembelajaran bagi kita semua, ya.

Apakah penundaan (baca: pembatalan) Mandiri Jakarta City Marathon ini akan tetap menjadi sebuah misteri. Sejarah akan menjawabnya….

"Abah" Agus Hermawan

Lebih dikenal dengan panggilan Abah USH, Agus Hermawan (++ Follow Me at Instagram - @abah_ush) yang lama menjadi jurnalis Kompas (1989-2019) adalah seorang penggiat luar ruang. Kesukannya mendaki gunung sejak muda, menjadikan olah tubuh sebagai kebutuhannya. Bersepeda dan lari menjadi pilihan kesenangannya mengisi hari. Sejumlah maraton sudah diselesaikannya, termasuk world majors marathon (WMM) Tokyo Marathon, Berlin Marathon dan Chicago Marathon.

View all posts

Recent Comments