Tahura Trail Running Race   merupakan salah satu event lomba lari trail yang dinanti para penggemar lari. Mereka bukan saja para pelari trail yang sudah malang melintang di berbagai trek. Akan tetapi sejumlah pelari mula dari  mamah-mamah muda hingga om-om bercelana gemes pun ramai-ramai menjajal ngetrel (nge-trail) di kawasan Bandung Utara ini.

Tidak heran jika kemudian lebih dari 2.200 orang pelari tumplek blek mengikuti Tahura Trail Running Race 2019 yang berlangsung dua hari Sabtu dan Minggu (19-20 Januari 2019) di kawasan Taman Hutan Raya Ir Djuanda, Bandung ini. Jumlah peserta di hajatan yang berlangsung untuk ketujuh kalinya ini melonjak tajam dari pertama kali diadakan yang hanya diikuti 300 orang peserta saja.

“Begitu kita buka pendaftaran, peserta sudah langsung banyak yang mendaftar,” kata Taufik Hidayat, Ketua Pelaksana Tahura Trail Running Race 2019. Seperti juga tahun-tahun sebelumnya, penyelenggara Tahura Trail adalah divisi trail dari Indonesia Biking Adventure (IBA) yang juga dikenal menyelenggarakan sejumlah event sepedaan, terutama montain bike.

Kedatangan Tahura bagi banyak pelari memang selalu disambut gembira. Lokasi lomba di Kota Kembang menjadi daya tarik tersendiri. Para peserta yang berdatangan dari berbagai kota dan negara, bisa sekaligus melakukan wisata di kota yang terkenal dengan mode dan kuliner tersebut. Untuk menyiasati kemacetan yang semakin menjadi-jadi di tol Jakarta-Bandung misalnya, sejumlah peserta jauh-jauh hari sudah memesan tiket kereta api.

“Di kereta bisa sharing dan julid-julidan,” kata Adriansyah Chaniago, dari RFI Trail. Pelari ultra yang juga salah satu pemegang medali Six Stars World Marathon Majors itu bersama sejumlah perlari dari komunitas #kawantrail berangkat bareng dengan Kereta Api Parahyangan. Banyak pula di antaranya yang berangkat bersama keluarga atau sahabat. Sejumlah di antaranya menyewa tempat menginap vila secara bersama-sama.  Selepas lomba, mereka bisa meneruskan waktu berlibur di Bandung dengan menikmati wisata kuliner atau mode.

Trek moderat

Beragamnya peserta dari peserta pemula hingga mahir terlihat di sepanjang lintasan Tahura Trail. Penampilan para pelari mula ditandai dengan segala gears trail yang baru dari berbagai merek. Atau, banyak juga di antaranya yang tergagap-gagap di lintasan trail yang licin berlumpur karena menggunakan sepatu lari biasa untuk lari ngaspal alias on road. “Seru juga lari ngetrel!” katanya.

Rute race trail yang merupakan salah satu Asian Trail Master series ini memang variatif. Dimulai jalanan aspal saat start di Hutan Raya Djuanda, jalanan beton di perkampungan hingga jalanan alami, tanah, lumpur dengan tebing atau jurang di kiri kanannya, menjadikan tantangan menyenangkan. Di ketinggian, kota Bandung yang semakin rudet oleh perumahan terlihat jelas. Hanya saja, melubernya banyak peserta dan keterbatasan lintasan membuat para pelari terpaksa antre di sejumlah rute.

Penyelenggara Tahura Trail bukannya tidak menyadari semakin banyaknya kawasan Bandung Utara yang berubah menjadi perumahan itu. “Ya untuk jangka pendek kita harus semakin kreatif mencari alternatif rute. Jangka panjangnya kita bisa membuan rute permanen di area konservasi Tahura Djuanda,”  kata Taufik Hidayat.

Menurut Taufik, penyelenggara menyadari Tahura Trail diminati oleh para pelari yang ingin mulai mencoba lari trail. Dengan latihan yang cukup, mereka semestinya akan dapat menyelesaikan jarak yang diperlombakan di Tahura Trail Running Race. “Rute Tahura Trail dapat memberikan challege untuk pelari untuk melewati kombinasi rute dengan elevasinya,” katanya.

Namun faktor keamanan dan kenyamanan menjadi syarat utama pelaksanaan Tahura Trail Running Race.  Peserta harus mematuhi madatory gears, khususnya untuk peserta kategori  21 Kilometer dan 42 Kilometer. Salah seorang peserta yang seharusnya menjadi potential winner podium 4, Anie dari RFI Serpong misalnya, terpaksa merelakan waktunya terkena penalti karena berlari tanpa membawa kelengkapan lomba yang diwajibkan. “Aku sih maunya memang lari happy,” kata Anie tertawa.

“Kita siapkan WS yang cukup, marka yang jelas, marshal yang cukup dan tim medik yang standby,” tambah Taufik.

Untuk pelaksanaan Tahura Trail Running Race berikutnya, pihak penyelenggara Tahura Trail Running Race berharap adanya dukungan dari Pemda setempat menyakut berbagai kemudahan, dukungan dan promosi. Bagaimana pun Tahura Trail Running Race merupakan salah satu event sport tourism Bandung dan Jawa Barat.

 

"Abah" Agus Hermawan

Lebih dikenal dengan panggilan Abah USH, Agus Hermawan (++ Follow Me at Instagram - @abah_ush) yang lama menjadi jurnalis Kompas (1989-2019) adalah seorang penggiat luar ruang. Kesukannya mendaki gunung sejak muda, menjadikan olah tubuh sebagai kebutuhannya. Bersepeda dan lari menjadi pilihan kesenangannya mengisi hari. Sejumlah maraton sudah diselesaikannya, termasuk world majors marathon (WMM) Tokyo Marathon, Berlin Marathon dan Chicago Marathon.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments