Pedalku.comSantih Gunawan tampak bersemangat ketika bercerita kenapa ia antusias mengikuti Run to Care yang akan digelar di Bali 26 – 28 Juli 2019. Padahal event ultra run 150 K ini panitia sama sekali tak menyediakan hadiah dan podium.. “Ada sesuatu yang beda di event lari ini,” papar ultra runner memberi alasan saat menjadi narasumber acara “Why Becoming Charity Runners” di Hall B Jakarta Convention Center, Sabtu (6/4) lalu. 

Run to Care (RTC) adalah sebuah event lari yang bertujuan menggalang biaya pendidikan dan kesehatan anak-anak yang berada di bawah pengasuhan SOS Children’s Villages Indonesia, lembaga non pemerintah yang fokus kepada pengasuhan anak berbasis keluarga.

Bukan sekadar ikut menjadi peserta lari, Santih bahkan siap menjadi ambasador yang akan  terus mempromosikan RTC ini. “Jadi jangan bosan ya kalau di Instagram saya kan terus mempromosikan acara ini,” kata Santih seraya menambahkan bahwa konsep pengasuhan berbasis keluarga yang dilaksanakan oleh SOS Children’s Villages Indonesia ini sangat menginspirasi dirinya.

Bahkan bagi Santih, Run to Care 150 K adalah salah satu event lari yang begitu spesial di tahun ini, selain Lintas Tambora 320 K yang akan digelar awal Mei mendatang. Tak heran dua event lari tersebut sekarang ini tertulis di bio Instagramnya, @santih_gunawan.  

Bukan kali ini saja Santih lari untuk menggalang dana. Tahun lalu, Santih mendapat satu slot di London Marathon melalui charity golden bond setelah sebelumnya ia melakukan fund raising dengan membuat kaos, hoodie, hampers, dan menggelar mini race. Dari kegiatan ini ia berhasil mengumpulkan dana Rp 35 juta.  

Berlari dengan membawa misi charity, bagi Santi selalu  menjadi pengalaman spiritual yang luar biasa. “Ini yang membuat saya bersemangat karena saya berlari untuk untuk anak- anak butuh bantuan,” tandas Santih yang menurut info di instagramnya, tahun ini akan mengikuti World Marathon Major (WMM) ke 5 di Chicago Marathon, Oktober mendatang. Jadi tinggal selangkah lagi untuk menggenapinya jadi 6 WMM!

Senada dengan Santih, narasumber lainnya, Andre Ismangun juga merasa lari dengan misi charity bisa memompa semangat berlari. Bahkan ketika ada seorang calon peserta yang bertanya, bagaimana menjaga mental saat berlari ultra.

Dengan tegas, salah satu penggagas komunitas lari Run For Indonesia (RFI) ini mengatakan untuk selalu mengingat apa tujuan lari saat itu. “Nah bila kita selalu ingat apa tujuan kita berlari, yakni membantu kesehatan dan pendidikan ana-anak,  pasti mental tak bakal down,” kata Andre. Apalagi di garis finish Run To Care 2019, anak-anak yang berada di bawah pengasuhan SOS Children’s Villages Indonesia di Tabanan, Bali akan menyambut pelari dengan suka cita. 

Selain menjaga semangat berlari, Andre juga membagikan tips berdasarkan pengalaman pribadinya saat mengikuti charity run,  bagaimana caranya menghimpun dana. “Saya lebih banyak mencari dana dari relasi non pelari. Misalnya dari teman-teman alumi, klien, dan relasi lainnya. Soalnya bila dari pelari, mereka pasti juga sudah diminta pelari yang lain,” kata Andre yang di event ini ia bergabung dengan komunitas lari, RFI. Tahun ini, RFI mengirimkan 42 pelarinya. Dengan angka tersebut, RFI tercatat paling banyak mengirimkan pelarinya di RTC 2019.

Charity run, bagi Andre juga menjadi wujud dari sebuah program pribadinya, yakni “Sedekah Sehat”. “Seperti halnya yang saya lakukan selama ini. Saya akan terus berlari untuk menginspirasi agar banyak orang mau berlari dan hidup sehat,” ujar Andre seraya menambahkan bahwa  untuk event ini ia dan tim RFI punya program latihan bersama.

 “Salah satunya, Minggu lalu, kami lari malam dari Bintaro – Bogor.” Latihan lari malam ini, lanjut Andre, dinilai  penting karena saat Run To Care 150 K nanti pelari akan lari malam hari. “Padahal lari malam hari itu lebih berat karena oksigen tipis. Apalagi rute yang akan dilalui nanti banyak tanjakan.”

 Meski jalur banyak tanjakan, tapi peserta RTC tak perlu khawatir karena aturan panitia, khususnya soal COT tak ketat. “Tak ada COT, kami akan tunggu semua peserta sampai finish semua,” jelas Teuku Adhitia Nugraha, Project Manager Run To Care. Meski tak ada batasan waktu, bukan berarti semua pendaftar RTC 150 K tanpa seleksi. “Ada sekitar 500 lebih pendaftar, tapi hanya 326 ada pelari yang lolos dan memenuhi kualifikasi,” ujar Andre yang membentuk tim khusus untuk menyeleksi.

 Run To Care sudah diadakan sejak 2016. Di tahun itu ada dua acara lari, yakni 44 pelari berlari di 44 SOS dan Run For Children 550 K Gatot Sudariyono. Tahun 2017, RTC mengambil rute, Village Cibubur to Vilaage Lembang 150 K. Sementara tahun lalu dari Jogjakarta – Semarang 150 K. Sedangkan tahun ini, tetap dengan jarak 150 K, start dari  Denpasar, Singaraja, Seririt, Pupuan dan finish di SOS Children’s Villages Tabanan. 

 Selamat berlari sambil menebar Sedekah Sehat!

  

Cak Kris

Ketika masih jadi buruh di media, menulis sepeda dan lari hanya jadi penyeimbang kehidupannya. Kini keduanya jadi menu utama kegiatan menulis selepas subuhan.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments