pedalku.com – Kematian akibat gowes sering kita jumpai. Kebanyakan akibat serangan jantung. Menjadi menarik karena kini beberapa pedalis berlatih atau bersepeda layaknya atlet. Padahal usia bisa dibilang sudah lewat.

Sebagai pedalis hore-hore, saya tak pernah memaksakan diri untuk bisa menaklukan tanjakan ekstrem atau bersepeda jarak jauh secara nonstop. Tantangannya adalah diri saya sendiri. Jika kemarin bisa jarak 50 km, bulan depan mencoba 60 km tanpa ngoyo.

Tulisan ini saya “copas” dari postingan Om Decsa Medica di sini. Tentu seizin yang bersangkutan.

Sebetulnya, bersepeda adalah salah satu olahraga yang baik untuk kesehatan. Apalagi untuk kesehatan sendi dan jantung. Namun jika tidak dilakukan dengan benar dapat berakibat fatal.

Lantas, bagaimana ceritanya sampai olahraga bersepeda malah membuat celaka yang menjalaninya. Bahkan beberapa sampai meninggal. Seperti hari ini di media sosial tersebar kabar meninggalnya seorang goweser.

Begini, saat kita berolahraga, tubuh diajak untuk mengeluarkan segala potensinya agar darah yang dipompa jantung (yang penuh nutrisi) bisa semakin banyak ke seluruh tubuh. Jadi, sel sel di tubuh semua kebanjiran nutrisi.

Mari, kita fokus di pompa tubuh tadi, yaitu jantung. Ibarat pertanian, kita butuh sumur dan pompa. Pertanian kan butuh air yang cukup, jadi pompa dibuat bekerja beberapa kali sehari untuk memperoleh air dari sumur yang cukup untuk mengairi lahan pertanian. Sama kayak jantung, untuk menyuburkan tubuhnya, perlu cairan darah yang cukup.

Nah, menariknya di sini, saat pompa dipakai terus menerus tanpa dikontrol, pasti ada alat yang rusak. Air yang diambil dari sumur pun menjadi tidak optimal. Akibatnya lahan pertanian rusak.

Sama halnya dengan jantung. Saat diforsir dengan berat – belum lagi ada masalah di jantungnya atau ada faktor risiko lain seperti diabetes, darah tinggi – jantung akan mengalami goncangan. Hal ini mengakibatkan cairan darah yang dipompakan menjadi sedikit sehingga sel tubuh tidak mendapat cairan itu. Akibatnya sel tubuh rusak dan mati. Jika sel yang terkena adalah sel jantung, maka bisa menyebabkan kerusakan secara instan dan dapat mengakibatkan kematian mendadak (ingat jantung adalah pompa utama tubuh).

Atau bisa juga yang terkena kerusakan adalah PLN-nya jantung (pusat penghasil listrik jantung). Kalau enggak ada listriknya, ya jelas pompanya mati juga.

Apakah ada gejalanya?

Gejala sangat bergantung dari setiap individu. Gejala yang paling bisa dirasakan adalah sesak napas, nyeri dada, lemas, keringat dingin. Namun ada juga yang hanya berdebar debar.

Siapa yang harus waspada?

Pada umumnya orang orang yang mempunyai faktor risiko seperti diabetes melitus, hipertensi, sakit jantung, usia tua, kegemukan (obesitas), atau orang yang sudah di atas 30 th dan baru pertama kali bersepeda atau berolahraga.

Sering jadi pertanyaan orang, kapan saya sebaiknya berhenti bersepeda?

Yang paling sering digunakan adalah parameter maximal heart rate (HR max) atau rata-rata denyut jantung maksimal yang dapat ditolerir tubuh. Menurut American Heart Association (AHA) rumus untuk menghitung HR max adalah 220 – umur. Jika sudah ketemu pastikan zona latihan saat bersepeda di bawah 85% HR max. Yang ideal sekitar 50 – 70%. Jadi, pastikan dan ingat selalu hal ini.

Apakah harus punya jam digital yang bisa mengukur denyut atau strap chest?

Sebaiknya menggunakan. Ada beberapa jam tangan yang sudah benar-benar valid dan mirip strap chest (bisa Googling atau cari di Youtube) misalnya Garmin, Suunto, Apple Watch. Hasil pengukuran denyut jantung menggunakan jam tangan pintar tadi saat dibandingkan dengan strap chest tidak berbeda jauh.

Namun jika tidak ada, gunakan alat dari Tuhan saja. Yakni dengan mengecek nadi di pergelangan tangan (bagian bawah jempol), tekan tidak terlalu keras namun cukup, kemudian hitung denyutnya. Idealnya selama 60 detik, namun bisa juga 30 detik kemudian dikalikan 2.

Apakah bisa diselamatkan jika ada teman bersepeda kita tiba-tiba jatuh tidak sadarkan diri atau tidak bernapas?

Yang paling penting, jika ada kerabat atau teman tiba-tiba jatuh terkapar dan tidak sadar atau napas yang tersengal-sengal (atau napas yang abnormal), lakukanlah pertolongan pertama: pijat jantung.

Caranya:

  • Lihat gerak dada orang tersebut. Jika tidak bergerak atau tidak bernapas, segera lakukan pijat jantung di 1/3 bagian bawah dada. Sembari memijat, minta tolong teman di sekitar untuk menghubungi rumah sakit terdekat.
  • Lakukan pijat jantung terus. Jika capek bergantian dengan teman di sekitar. Lakukan pijat jantung hingga bantuan datang.
  • Setelah bantuan medis datang, biarkan tim medis untuk menangani lebih lanjut.

Pertolongan pertama dengan pijat jantung bisa menyelamatkan nyawa! Jadi jangan ragu untuk melakukan pijat jantung.

GuSSur

Menghidupi setiap gerak dan mensyukuri setiap jejak.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments