Pedalku.com ~ Tiba-tiba saja Brompton menjadi kata yang seksi di segenap lini. Mengalahkan merek lain di jagad perselian. Eits … jangan dirisak dulu ya kalimat tadi.

Begini sekelumit latar belakang kalimat tadi. Alkisah, di sebuah perjalanan di sebuah stasiun KA besar di Pulau Jawa. Serombongan orang menjinjing dan mendorong sepeda lipat masuk ke gerbong. Lantas, dari sebuah kursi terdengar omongan bapak muda, “Ma, itu lo yang namanya Brompton,” sembari menunjuk sepeda Brompton yang dibawa salah seorang dari rombongan tadi. Padahal ada merek sepeda lipat lain yang memasuki gerbong itu.

Tapi, ya sudahlah. Jika mau merisak kalimat tadi, silakan saja datang ke Gelora Bung Karno malam hari. Atau di Hari Bebas Kendaraan di kawasan Thamrin – Sudirman Jakarta. Salah satu yang mencuri perhatian adalah berseliweran salah satu varian Brompton: CHPT3.

Tapi sebelumnya saya akan cerita soal David Millar. Siapa dia? Bukan sembarang orang, terutama di kalangan pesepeda. Dia adalah satu-satunya pebalap sepeda Inggris yang pernah memakai keempat jersey Tour de France: hijau, polka dot, putih, kuning. Mau tahu arti warna jersey itu?

Saat mengenakan jersey polka dot. (Sumber foto: cyclist.co.uk)

Hijau

Jersey hijau atau Maillot Vert (dalam bahasa Prancis) adalah jersey yang dikenakan oleh sprinter terbaik. Pada setiap etape, 10 hingga 25 pebalap pertama yang melewati garis finish akan mendapatkan poin. Jumlah poin sprint yang diberikan tergantung pada lintasan pada hari lomba (lintasan datar menghasilkan lebih banyak poin daripada medan di pegunungan) dan di tempat atau lokasi khusus yang telah ditetapkan penyelenggara. Beberapa etape juga terdapat area mini sprint, yang memiliki nilai atau poin.

Polka Dot

Jersey yang berbasis putih dan terdapat bulatan berwarna merah ini adalah jersey yang ditujukan bagi King of the Mountains alias raja tanjakan. Jersey ini diberikan kepada pebalap yang mendapat poin terbanyak atau mencapai puncak bukit atau gunung yang telah ditetapkan penyelenggara.

Setiap pegunungan memiliki nilai yang berbeda, tergantung dari kecuraman, panjang dan posisinya di lapangan, serta kondisi lainnya.

Penghargaan bagi pendaki terbaik mulai diberikan pada tahun 1933 dan Maillot à Pois Rouges pertama kali dipakai pada tahun 1975. 

Putih

Jersey ini dikenakan oleh pebalap tercepat yang berusia di bawah 25 tahun (per 1 Januari pada tahun balapan) atau “Pebalap Muda Terbaik”. Jersey putih pertama dipakai tahun 1975.

Kuning 

Bisa dikatakan, jersey ini memiliki kasta atau gengsi tertinggi diantara jersey lainnya. Disebut juga Maillot Jaune, jersey kuning adalah “tanda tangan” dari Tour de France dan menjadi buruan para pebalap top dunia sampai hari ini.

Kaus kuning diberikan ke pebalap yang memiliki waktu tercepat, hasil akumulasi dari setiap hari balapan. Setiap hari, jumlah total waktu yang dicapai seorang pebalap pada sebuah etape akan diakumulasi dengan lomba sebelumnya. Siapa yang tercepat maka dialah yang berhak atas jersey kuning, pada balapan esok harinya.

Sayangnya, pada 2004 David Millar terjerembab pada lintasan lain. Ia kedapatan menggunakan doping dan dilarang ikut lomba sepeda. “Hari terburuk saya adalah saat duduk bersama saudara perempuan saya di tangga luar kantor polisi sesaat setelah saya ditangkap. Saya adalah seorang juara dunia, namun saya juga seorang pendoping. Saya duduk di sana dengan segala kemegahan, sekaligus juga kehancuran.”

Sejak itu ia menata hidupnya kembali. Ia menjadi mentor dan juru kampanye antidoping. Ia pun menjadi komentator soal sepeda di British TV. Dia pun menjadi co-creator perancangan CHPT3.  Bekerja sama dengan Brooks, Castelli, Factor, dan POC, mereknya itu menjadi merek kerja sama dengan Brompton yang terkenal.

Segala sesuatu tentang Brompton x CHPT3 yang baru dirancang untuk meningkatkan pengalaman bersepeda sehari-hari yang mengubah paradigma soal sepeda lipat. CEO Brompton, Will Butler-Adams, memulai proyek itu karena ia ingin orang yang suka menanjak atau bersepeda jarak jauh di akhir pekan tetap bisa bersepeda dengan sepeda lipat. Ia ingin Brompton menjadi performance bike yang juga cocok untuk dunia perkotaan. “Ini bukan proyek kesombongan. Kami ingin menciptakan sesuatu yang menarik bagi pedalis, bahkan bagi mantan pebalap profesional.”

Sumber foto: asiatatler.com

Kerja sama itu dimulai empat tahun lalu (2015), saat David berkata kepada Will bahwa ia jarang bersepeda di kota. Dari situ kemudian obrolan bergulir ke sebuah pertanyaan, apa jenis terbaik Brompton untuk pedalis yang sudah sehidup semati dengan sepeda road?

Bekerja dengan tim CHPT3, sepeda baru edisi terbatas ini dirancang dengan warna hitam titanium di bagian belakang frame dan fork serta merah menyala di frame depan. Beratnya lebih ringan dibandingkan dengan model standar, hanya 10,3 kg.

Filosofi desain berlanjut dengan komponen serba hitam, suspensi racikan untuk balapan, ban Schwalbe One, serta sadel dan setang Fabric. Sadelnya memiliki cetakan khusus yang terinspirasi dari pola kulit pohon plantapus.

CHPT3, seperti sepeda Brompton lainnya, diproduksi di pabrik Inggris, dan dijual ke 47 negara di seluruh dunia. Brompton menargetkan 50.000 sepeda tahun ini, yang akan menjadi bagian dari 500 ribu total produksi sejak pabrik ini pertama kali membuat sepeda pada 1975.

Apa komentar David soal CHPT3? “Menyenangkan. …. Dari semua sepeda saya, ini yang paling banyak menerima pujian. Saya memiliki beberapa sepeda balap yang luar biasa, tapi menjadi tak berarti apa-apa itu.”

Ngomong-ngomong, apa sih arti CHPT3? Guardian hanya menyebutkan bahwa itu artinya “bab ketiga dalam hidup David Millar”. Artikan sendiri ya pedalis ….

GuSSur

Menghidupi setiap gerak dan mensyukuri setiap jejak.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments