Pedalku.com – Banyak cara dilakukan untuk tetap bisa berolah raga di saat pandemic Covid-19, untuk sekedar menjaga kebugaran tubuh. Namun pelari Feby Sofia Bunda dan Andre Caprina melakukan lari maraton sejauh 42,195 kilometer di dalam dan sekitar rumah, Kamis (21/5/2020) dini hari hingga pagi hari. Feby menyelesaikan lari maraton yang dimulainya pukul.03.00 pagi dalam waktu 5 jam 6 menit 22 detik dan Andre 5 jam 37 menit. Pencapaian mereka dicatat sebagai rekor MURI yang memantau aktivitas mereka melalui aplikasi Zoom.

“Alhamdulillah, finis juga,” kata Feby dari rumahnya di Kawasan Sentul, Kabupaten Bogor, Kamis siang seusai menyelesaikan misinya.

Gagasan untuk berlari maraton itu berasal dari coach Andre Caprina yang kemudian diakomodir oleh Virtualthlon. “Berawal dari kerinduan untuk lari maraton itu,” kata Feby. Agar tidak sekedar berlari, gagasan untuk maraton di rumah itu dipadukan untuk menggalang donasi melalui Gerakan #42Khomerunchallege. Donasi yang terkumpul akan diserahkan kepada orang-orang yang mengalami kesulitan ekonomi akibat terdampak Covid-19. Bersama Virtualthlon mereka sempat mengagas lomba lari virtual untuk menggalang dana namun akhirnya mengerucut kepada lari maraton di rumah.

Andre Caprina

Menurut coach Andre, ide ini muncul ketika ada beberapa temannya terkena pengurangan pegawai sebagai dampak Covid-19. “Teman saya itu sudah berkeluarga dengan tiga anak. Banyak sekali saudara kita yang seperti itu, Makanya saya tergerak untuk terjun ke lapangan dan membantu mereka supaya bisa ikut merayakan Lebaran,” kata personal trainer di Fitness First Senayan City itu.

Melawan bosan

Feby mengatakan, menjelang hari H dia tetap melakukan latihan di rumah dengan mengikuti prosedur “stay at home” alias di rumah saja. Untuk itu dia berlatih dengan memfokuskan kepada latihan di sirkuit pendek. Dia juga melakukan latihan untuk kelenturan otot-ototnya karena lari di dalam rumah akan menemui banyak belokan dengan pengulangan yang ekstrem.

“Berlari juga tdk bisa dengan stride yang biasanya kita lakukan di jalan raya atau lintasan panjang  panjang. Saya latihan di circuit 45-180 meter per loop-nya,” kata pelari ultra yang antara lain pernah lari di Trans Jeju 110, Vibram 100K .

Sementara Andre mempersiapkan diri hanya dalam waktu 20 hari  dengan melakukan latihan strength training, core training serta yoga. “Dan tentu saja latihan lari,” katanya.

Berhubung pelaksanaan lari maraton itu dilakukan pada saat bulan Ramadhan, sebagai ibu dari seorang puteri Feby menghitung dengan periode mensturasinya. Namun dia tetap berpuasa  saat berlatih menjelang pelaksanaan maraton. “Jadwalnya ternyata meleset juga sih, pas hari H jadinya saya enggak puasa. Nanti bayar fidyah (denda) saja,” katanya.

Sementara Andre, yang tidak menjalankan puasa, berpendapat  lari dengan penggalangan dana itu dengan kondisi sedang WFH merupakan momen yang bagus untuk melakukan lari amal.  Dia mempersiapkan “water station” dengan  menaruh meja di ujung tempat dirinya berlalu lalang. “Syukur sekali saat saya mengutaran ide ini banyak sekali pihak sponsor yang memberikan supportnya dalam bentuk produk,” katanya.

Feby menyelesaikan maraton dengan berlari di rumahlari,

Febi berlari benar-benar di dalam rumah dan garasi, dan beberapa meter di jalan raya depan garasi rumahnya. “Satu loopnya sekitar 48 meter, sehingga saya total berlari sebanyak 919 loops,” kata Feby. Sementara lintasan lari coach Andre–yang bertempat tinggal di Utan Kayu, Matraman Jakarta Timur — 80 meter sehingga total dia berlari sebanyak 530 kali putaran untuk menyelesaikan jarak maraton 42,195 kilometer dalam waktu 5 jam 37 menit.

Berbeda dengan event maraton yang didukung oleh tim marshal maupun water station, Feby mendapat dukungan dari suami—Novan Hendian–  dan adiknya selama berlari. “Mereka membantu mendokumentasikan yangs secara virtual dimonitor oleh tim MURI melalui aplikasi Zoom,” katanya. Selain itu, tim dari Physio juga berjaga-jaga selama pelaksanaan berlangsung.

Feby mengakui tantangan berlari maraton di rumah adalah melawan rasa bosan. “Terutama saat memasuki kilometer 30-an. Pemandangan rumah juga gak berubah, lihatnya ya furniture, meja kursi begitu-begitu saja,” ujarnya. Walaupun secara teknikal tidak susah, berlari di lantai keramik yang licin, naik turun undakan rumah berkali-kali butuh kesiapan fisik yang prima. “Easy to trip, extreme repetition. U turunya bikin lutut sakit,” katanya. Wajar karena Feby harus memutar larinya setiap 46-48 meteran.

Oh ya, bagi Anda yang ingin  berpartisipasi memberikan donasi untuk masyarakat yang membutuhkan akibat terdampak corona  bisa melalui Kitabisa.com dengan link https://kitabisa.com/campaign/merekabisalebaran

"Abah" Agus Hermawan

Lebih dikenal dengan panggilan Abah USH, Agus Hermawan (++ Follow Me at Instagram - @abah_ush) yang lama menjadi jurnalis Kompas (1989-2019) adalah seorang penggiat luar ruang. Kesukannya mendaki gunung sejak muda, menjadikan olah tubuh sebagai kebutuhannya. Bersepeda dan lari menjadi pilihan kesenangannya mengisi hari. Sejumlah maraton sudah diselesaikannya, termasuk world majors marathon (WMM) Tokyo Marathon, Berlin Marathon dan Chicago Marathon.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments