Pedalku.com – Nama programnya unik, Boseh, karena memang terkait dengan urusan perbosehan alias sepeda. Namun Boseh di sini sebenarnya singkatan dari Bike on the Street Everybody Happy. Inilah program bike sharing yang dikenalkan Pemerintah Kota Bandung yang dipimpin oleh walikotanya yang memang doyan gowes, Ridwan Kamil.

Jadi bila ingin gowes cimit-cimit di Bandung, ndak perlulah harus repot ngelipet sepeda atau pasang bike rack di mobil. Cukup pergi tanpa tentengan, nah sampai di Bandung tinggal sewa sepeda.

Yang harus disiapkan adalah adalah e-KTP. Kartu tanda jati diri ini ditunjukkan untuk mendapatkan Kartu Bandung e-transpor yang harus di-top up minimal Rp. 10.000. Kartu inilah yang bisa dipakai untuk sewa sepeda. Untuk tarif sewa sepeda sendiri sangat murah yakni, Rp 1.000/jam.

Untuk sementara ini baru ada sembilan lokasi persewaan sepeda di Bandung antara lain Antara lain di Museum Geologi/Loop Station, Taman Lansia, SMAN 20 (Masjid Istiqomah), Cikapundung Timur, Alun-alun Selatan, Alun-alun Utara (Masjid Agung), Jalan Dalemkaum, Taman Pramuka dan Taman Cibeunying.

Konsep Boseh ini, menurut Ridwan Kamil untuk mengurangi kemacetan di Bandung khususnya di akhir pekan. Minimal, lanjut kang Emil, bila sekadar hanya ingin keliling-keliling Alun-Alun Bandung atau di delapan titik lainnya, orang tidak perlu menggunakan moda bermesin. Bila dekat bisa jalan kaki, tapi bila dirasa jauh, bisa menggunakan sepeda.

Saat ini Boseh memang masih dalam proses uji coba selama dua bulan. Bila nanti dalam evaluasi dinilai sukses maka program ini akan dilanjutkan.

Sejak diluncurkan awal Juli lalu, antusiasme masyarakat terhadap program Boseh cukup tinggi. Untuk outlet di Alun-alun, target penjualan 20 kartu Bandung E-Transport selalu tercapai. Ya, mudah-mudahan program ini tercapai sesuai tujuan, mengurangi kemacetan yang selalu menjadi persoalan klasik Kota Bandung di akhir pekan.

Dua tahun lalu, bike sharing juga pernah dikenalkan di Jakarta dimana Pemerintah Kota DKI mengandeng Wez&Go.

 

Foto: Dok. Kompas.com

Cak Kris

Ketika masih jadi buruh di media, menulis sepeda dan lari hanya jadi penyeimbang kehidupannya. Kini keduanya jadi menu utama kegiatan menulis selepas subuhan.

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments